Cosplay Sebagai Fenomena Budaya Populer
Cosplay, akronim dari costume play, pelakunya disebut cosplayer adalah sebuah fenomena dari budaya pop yang sangat digemari oleh generasi Z (milenial). Perbuatan/aksi mengimitasi sosok karakter tertentu ini telah menciptakan sebuah sub-culture, sehingga penggunaan istilah “cosplay” ini memiliki makna yang lebih luas di luar panggung.
Perilaku dress-up atau berdandan menyerupai identitas tertentu sebenarnya telah ada sejak awal abad 20, yaitu berdandan menyerupai hantu atau penyihir pada event Halloween, tetapi terminologi “cosplay” baru mulai popular pada awal abad 21. Akar budayanya berasal dari invasi budaya pop Jepang ke seluruh dunia melalui manga (komik) & dunia animasi (anime).
Generasi milenial menjadikan event cosplay tidak hanya sebagai hobby, tetapi sudah menjadi Lifestyle. Menurut peneliti psikologi berkebangsaan US, Robin S. Rosenberg dan Andrea M. Letamendi, pada umumnya cosplay disukai anak-anak muda karena mereka bisa ber-akting seperti karakter favoritnya dalam dunia fantasy, memberikan mereka kesempatan untuk escape dari dunia realita, sekaligus memberikan identitas yang baru. Pada intinya keinginan untuk cosplay berawal dari rasa kecintaan terhadap sebuah desain karakter yang merupakan hasil riset team concept artist dari sebuah studio game/mangaka/komikus. Beberapa kelompok menggunakan kesempatan cosplay sabagai sarana komedi, untuk menghibur orang lain, dengan cara berdandan lucu atau sengaja mengimitasi karakter yang justru tidak sesuai dengan postur tubuhnya.
Beberapa motivasi/alasan yang dimiliki cosplayer berdasarkan survey di US dari 183 responden (setiap orang mempunyai motivasi lebih dari satu).
Seiring dengan semakin menjamurnya event dan kompetisi cosplay, secara umum ada dua type cosplayer, yaitu cosplayer selebriti dan cosplayer artisan. Goal dari cosplayer type selebriti pada umumnya adalah jumlah fans/follower pada media social. Beberapa selebriti cosplayer yang telah terkenal seperti Enji Night, Jessica Nigri (US), Linda Le (US/Viet), Alodia Gosiengfiao (Philiphines) lebih dikenal karena memiliki visualisasi wajah dan proporsi tubuh yang bagus daripada kemahiran seni visual effect makeup dan craftsmanship-nya, sedangkan artisan cosplayer seperti Alyson Tabbhita, Artyfakes, Chloe Dykstra pada umumnya membuat cosplay sebagai ajang aktualisasi diri. Cosplayer perempuan pada umumnya lebih dikenal daripada cosplayer pria, pada umumnya karena dari segi penikmat (target audience)-nya adalah mayoritas kaum pria juga.
Dalam era post-modern ini, dengan semakin menjamurnya budaya pop dan dunia entertainment design, proses pembuatan costume untuk cosplay menjadi semakin serius dan kompetitif. Semakin banyak seniman yang membuat costume meskipun tidak berniat untuk ikut naik panggung cosplay, sehingga peluang bisnis yang menjanjikan untuk para pelaku yang terlibat.
Source:
Rosenberg, Robin S. and Letamendi, Andrea M. (2017) Expressions of Fandom: Findings from a Psychological Survey of Cosplay and Costume Wear. Retrieved from http://www.drrobinrosenberg.com/resources/Cosplay-Expressions%20of%20Fandom.pdf
*Notes The questions can be found online at: 17 Rosenberg, Robin S. and Andrea M .Letamendi, Expressions of Fandom https://docs.google.com/spreadsheet/viewform?formkey=dG5UWHk0VU94TW5XQ2ZJWmRQekd3YVE6MQ
Comments :