Oleh:

NISRIN HUSNA S.IKOM., M.IKOM

Dalam lima tahun terakhir Time Magazine telah merilis daftar tahunan mengenai 100 orang paling berpengaruh di dunia yang mampu menginspirasi dan merubah sikap, preferensi, keinginan dan loyalitas masyarakat. Top 5 diantaranya adalah leader, atlet, seniman, ilmuwan dan celebrity. Namun seiring berjalannya waktu, kini influencer masuk dan berada pada deretan Top 3 pada list tersebut. Josh Peskowitz, seorang fashion editor mengemukakan bahwa influencer adalah seseorang yang menjadi perhatian banyak orang karena kreativitas dan inovasinya, atau bisa mengenali apa yang terjadi di masa datang dan bisa mempopulerkannya lebih dahulu dibanding orang lain. Sedangkan Deirdre Maloney yang tergabung dalam BPMW Agency menyampaikan bahwa influencer adalah seseorang yang bisa mengambil ide, brand, konsep, yang tidak ada dalam kesadaran mainstream, lalu mengubahnya menjadi kesadaran mainstream. Jeff Staple dari Staple Design kemudian melengkapi definisi bahwa influencer adalah seseorang yang didengarkan opininya, dipercaya, dan membuat orang lain bereaksi setelahnya. Maka jika disimpulkan, Influencer adalah seseorang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang bisa dinikmati dan dipercaya, sehingga berhasil membuat orang lain bereaksi setelah melihat apa yang diperbuatnya.  Kini, mayoritas influencer menggunakan social media untuk menuangkan kreativitas dan inovasinya sehingga mereka memiliki followers atau audience dengan kuantitas tinggi dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap followers-nya, seperti misalnya artis, selebgram, blogger, atau youtuber. Influencer dalam istilah lain juga biasa disebut dengan rainmakercatalyst, atau pemengaruh, namun tetap memiliki maksud yang serupa, yakni orang-orang yang bisa mempengaruhi orang lain yang mayoritas menanamkan pengaruhnya melalui social media, yaitu diantaranya Instagram, Facebook, Twitter, Kaskus, blog, atau kanal social media lainnya seperti Youtube. Para Influencer ini beroperasi melalui jaringan dan komunitas online terpercaya dan memiliki pengaruh signifikan karena jaringan mereka yang luas dan terus berkembang.

Tren tersebut membuat Public Relations kini dihadapkan pada sprektrum saluran komunikasi baru yang menakjubkan. Meningkatnya peran influencer memperjelas bahwa semakin pentingnya word of mouth atau viral marketing dalam mengenalkan brand maupun penjualan sebuah produk. Penelitian yang dilakukan oleh Arndt (1967), Engel, Blackwell, dan Kegerreis (1969) adalah contoh dari studi awal yang menunjukkan peran word of mouth sebagai pendorong perilaku pembeli karena rasa percaya terhadap brand produk yang digunakannya. Hal tersebut tidak lepas oleh karena pelaku word of mouth yang dianggap tidak terikat pada salah satu merek, sehingga konsumen melihat pelaku komunikasi word of mouth atau dalam konteks ini adalah influencer menjadi terlihat lebih handal, kredibel, dan dapat dipercaya (Bickart dan Schindler, 2001). Seperti langkah yang baru-baru ini ditempuh oleh Public Relations Astra Daihatsu Motor menjelang peluncuran All New Daihatsu Terios. Daihatsu lebih dahulu memberikan kesempatan untuk mengetes All New Daihatsu Terios kepada sejumlah influencer yang kini dianggap sebagai Key Opinion Leader (KOL). Astra Daihatsu Motor menggelar acara test drive All New Daihatsu Terios bersama para youtuber dan aktivis media sosial lainnya 2 minggu sebelum acara peluncuran resmi produk tersebut. Hal ini memperjelas bahwa dalam ekosistem baru ini, Public Relations percaya bahwa oleh karena kekuatan influencer yang dilengkapi dengan pengetahuan tentang kategori produk di atas rata-rata, penghargaan sosial, dan jaringan sosial online yang luas, maka komunikasi persuasi yang dilakukan inluencer mampu menghasilkan permintaan, membentuk persepsi merek dan mengendalikan keputusan pembelian.