By Gabriella Sagita Putri

Bukanlah hal yang mudah untuk menentukan strategi promosi yang tepat untuk suatu produk atau jasa yang akan dipasarkan. Pesan yang harus disampaikan kepada target market haruslah sesuai dengan positioning produk atau jasa, demikian halnya dengan memilih media apa yang tepat untuk menyampaikan pesan tersebut. Di era digital saat ini tidak mudah menyampaikan suatu pesan kepada audience atau khalayak, karena begitu banyak informasi yang beredar dengan cukup cepat dari berbagai pilihan media yang tersedia. Kalau pesan yang ingin kita sampaikan tidak spesifik dan tidak memiliki keunikan untuk menarik khalayak, maka pesan tersebut akan hilang begitu saja.

Banyak perusahaan yang memiliki produk dan jasa masih terpaku pada strategi promosi dengan iklan (advertising), karena untuk mass product yang bersifat komoditas iklan merupakan strategi promosi mampu meng’grab’ audience dengan jumlah yang besar. Namun apakah pesan yang disampaikan melalui iklan benar-benar mampu diingat oleh audience? Apakah pesan tersebut mampu menyentuh hati audience? Karena pada kenyataannya tidak cukup hanya audience melihat iklan saja, sehingga mereka dapat loyal terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan.

Salah satu metode promosi atau branding yang saat ini sedang berkembang adalah melalui cerita atau dalam istilah pemasaran disebut storytelling promotion. Cerita atau story dianggap mampu menyentuh hati dan emosi seseorang, serta melalui cerita atau story dapat menggerakan seseorang untuk melakukan suatu action atau tindakan. Ada beberapa pendekatan bagaimana menyusun konten promosi dalam bentuk storytelling yang mampu menjadi touchpoint konsumen. Diantaranya kita dapat menyusun konten storytelling yang bersifat entertainment (hiburan), Inspiration story dan story yang sifatnya education. Konten yang sifatnya entertainment biasanya sangat digemari, karena dapat dikemas dalam bentuk drama atau gamification sehingga secara emotional dapat mengambil perhatian audience. Salah satu contoh storytelling yang berhasil menjadi viral adalah saat Line membuat drama seri AADC pada tahun 2014. Drama yang mengangkat story tentang bertemunya kembali tokoh Rangga dan Cinta setelah 12 tahun sukses ditonton ribuan orang baik pengguna Line ataupun bukan. Drama berdurasi kurang lebih sepuluh menit dibuat sebagai strategi promosi salah satu feature terbaru dari aplikasi Line yaitu Find Alumni. Konten storytelling dari produk lain yang cukup viral adalah saat Gojek membuat video campaign yang mengajak pengguna gojek untuk beramal dengan memberikan tip bagi para driver gojek saat bulan ramadhan. Video tersebut juga menjadi viral dan berhasil, karena salah satu VP Gojek Indonesia mengakui pada saat itu pendapatan Gojek dari tip yang diberikan oleh penumpang sangat meningkat.

Masih banyak lagi contoh konten promosi menggunakan strategi storytelling  yang sukses menjadi viral dan mampu menyedot perhatian audience. Seperti salah satu brand minuman ringan Coca Cola mengembangkan storytelling sebagai elemen penting dalam pemasarannya, karena menyadari metode storytelling semakin kompleks dan menarik.  Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yakni distribusi teknologi dan distribusi kreativitas. Sukses atau tidaknya suatu suatu promotion campaign sangat tergantung dari kesesuaian konten promosi yang dibuat dengan objective masing-masing produk atau jasa dalam melakukan promosi.

Sumber

 Strategi Coca Cola Kembangan Storytelling http://marketeers.com/strategi-coca-cola-mengembangkan-storytelling/

Mempromosikan Merk Melalui Sebuah Cerita http://teamwork.id/id/article/mempromosikan-merek-melalui-sebuah-cerita