Performa akses suatu basis data dalam sistem client-server, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas desain basis data, dukungan OS&DBMS (software), dukungan infrastruktur (misal hardware dan jaringan). Dari sisi desain basis data, performa akses dapat dipengaruhi antara lain oleh kualitas desain query dan penerapan mekanisme indek. Dengan demikian, untuk menghasilkan performa akses basis data yang baik, tidak hanya menjadi fokus pada fase operasional, tetapi sudah dimulai pada fase pengembangan (analysis and design). Basis data yang dihasilkan melalui metodologi analisis dan desain yang tepat, akan membantu menghasilkan performa basis data yang baik. Salah satu metodologi pengembangan basis data adalah dengan menggunakan pendekatan DBALC (database application life cycle), (Connolly , 2002). Sebagaimana diketahui, dalam basis data relational, setiap tabel (ralation) memiliki struktur yang tersusun atas kolom (attribute) serta baris (tupple). Beberapa litaratur menyebut fieldmember untuk kolom, dan record untuk baris. Proses pembacaan suatu tabel dalam basis data, perlu menyertakan kolom dan baris yang dibutuhkan. Structured query language (SQL) untuk membaca data yang hingga saat ini dipakai adalah sebagai berikut :

SELECT [DISTINCT ALL]
{* [columnExpression [AS newName]] [,…] }
FROM TableName [alias] [, …]
[WHERE condition]
[GROUP BY columnList] [HAVING condition]
[ORDER BY columnList]

Statemen query tersebut, prinsip dasarnya bekerja sebagaimana model relational algebra yang terdiri dari projection dan selectionProjection adalah mekanisme untuk memilih kolom-kolom tertentu pada relation sesuai kebutuhan, sedangkan selection adalah mekanisme pemilihan baris tertentu sesuai kebutuhan. Projection dan selection perlu diperhatikan pada saat mendesain sebuah query yang diinginkan agar performa akses data menjadi lebih baik, terlebih jika menggunakan beberapa tabel atau bahkan sub query.

Selain perlu memperhatikan desain query, performa akses basis data juga dapat dipengarui oleh adanya mekanisme indek. Mekanisme akses data dengan bantuan indek, secara sedehana dapat dianalogikan dengan suatu proses pencarian buku dalam rak melalui pembacaan katalog terlebih dahulu. Dari katalog bisa diperoleh lokasi yang lebih tepat keberadaaan buku yang diinginkan. Untuk kasus yang umum, pencarian buku dengan bantuan katalog tentu akan lebih cepat dibandingkan pencarian langsung ke rak penyimpanan. Dengan analogi tersebut, maka akses data langsung ke suatu tabel (table scan) akan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan akses melalui indek (index scan).

Pemeliharaan performa basis data di fase operasional meliputi antara lain pengaturan kembali indek (reindex), defragmentasi tabel dan indek, melakukan backup untuk record yang sudah tidak diakses lagi kemudian dihapus dari basis data yang selanjutnya bisa di-restore jika diperlukan. Umumnya DBMS (database management sytems) sudah menyediakan perangkat untuk membantu database tuning, yang tujuannya adalah untuk menjaga performa basis data untuk menjadi lebih baik. Selain itu, dari sisi DBMS perlu secara berkala melakukan patching pada DBMS, sesuai perkembangan terkini. Jika segala strategi tuning di atas masih belum signifikan untuk mendongkrak performa basis data, bisa jadi memang sudah waktunya untuk upgrade hardware ataupun menata kembali sistem jaringan yang terkait. Terkait hardware, perlu sekali diperhatikan umurnya, terutama harddrive, mengingat perangkat keras ini terhitung paling rentan, terlebih jika telah cukup lama dipakai secara terus-menerus.

Referensi :

Connolly, Thomas & Begg, Carolyn. (2002). Database Systems :A Practical Approach to Design, implementation and management. Third Edition. Addision Wesley, England