Berteknologi (karena) Pintar
(Frederik Gasa, SIP, M.Si)
“You are an analog girl, living in digital world“
(Neil Gaiman, American Gods)
Tulisan perdana ini terinspirasi dari quote dalam buku American Gods karangan salah satu penulis buku ternama, Neil Gaiman. Penulis berkewarganegaraan Inggris ini mewakili kegelisahan batin saya akan kuatnya pengaruh perkembangan teknologi pada kehidupan manusia. Setiap hari manusia tidak bisa terlepas dari gadget, tab atau komputer.
Teknologi seakan menjadi candu baru bagi manusia modern. Bahkan, lebih memprihatinkan lagi jika manusia menjadi bukan teknologi. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh kelompok social construction (kelompok yang menentang determinisme teknologi). Kelompok ini berdiri pada fundasi gagasan yang kuat bahwa manusia merupakan pencipta teknologi dan teknologi diciptakan berdasarkan kebutuhan manusia. Sementara, di lain pihak mereka yang mendukung determinasi teknologi beranggapan dan percaya bahwa teknologi dapat mengubah manusia, menentukan masa depan manusia.
Perdebatan mengenai pro kontra determinisme teknologi pada dasarnya berfokus pada perubahan dan perkembangan media. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini manusia berada pada era media baru (new media). New media atau media baru merupakan produk komunikasi yang termediasi teknologi, yang di dalamnya terjadi konvergensi media, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun publik (Creeber & Martin, 2009; Lievrouw, 2011; Mondry, 2008: 13).
Era new media adalah era dimana internet berada pada deretan teratas daftar prioritas kebutuhan manusia modern. Internet menjadi tolok ukur kecanggihan teknologi. Berbagai fitur atau aplikasi yang coba ditawarkan oleh produk-produk teknologi komunikasi hampir sebagian besar membutuhkan koneksi internet. Kecanggihan alat teknologi komunikasi ini menggiring persepsi dan preferensi orang dalam menentukan pilihan. Melalui strategi periklanan yang memikat dan “keren”, alat teknologi komunikasi ini mampu masuk dalam dunia alam bawah sadar seseorang yang kemudian medorongnya untuk memiliki alat teknologi komunikasi tersebut.
Pada akhirnya, pemilihan alat teknologi atau medium komunikasi ini tidak didasari pada pertimbangan atau asas utilitas melainkan karena tidak ingin “ketinggalan zaman”, “kudet” (kurang update) atau “tidak kekinian”. Pada titik inilah, tesis McLuhan mengenai the medium is the message (McLuhan & Fiori, 1967) menjadi bahan permenungan dan pergulatan pribadi penulis dan mungkin kita semua bahwa determinisme teknologi masih menuai perdebatan, pro dan kontra.
Terlepas dari pergulatan pribadi tentang determinisme teknologi, penulis berusaha untuk melihat pentingnya pertimbangan rasional dari pengguna (user) dalam memilih alat teknologi komunikasi apa yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi smart user bukanlah sesuatu yang sulit, namun tidak mudah juga. Ada berbagai pertimbangan yang melatarinya ditambah gaya hidup (lifestyle), khususnya masyarakat urban. “You are what you use” menjadi slogan utama akan tetapi perlu juga diingat bahwa “a smart choice does not come from eye, but brain”.
Comments :