PawDate
Siapa sangka kalau sebuah mata kuliah bisa mengubah cara pandang kita terhadap dunia bisnis? Awalnya, saya hanyalah seorang mahasiswa Computer Science yang merasa bahwa bisnis adalah dunia yang jauh dari dunia saya. Apalagi dunia entrepreneurship, yang sering kali terdengar rumit dan penuh tantangan. Tapi, siapa yang tahu kalau mata kuliah Market Validation ternyata membuka mata saya terhadap sebuah peluang yang tak terduga?
Tugas mata kuliah ini cukup unik dan menantang: kami diminta untuk membuat konsep bisnis, memvalidasinya di pasar, dan melihat apakah ide tersebut bisa berkembang menjadi sesuatu yang berguna. Pada awalnya, saya merasa agak terpaksa. Sebagai seorang mahasiswa IT, saya lebih terbiasa mengotak-atik kode dan membangun aplikasi, bukan merancang strategi bisnis. Tapi, mata kuliah ini mengajarkan saya sesuatu yang sangat penting—bahwa sebuah aplikasi atau teknologi, meskipun hebat secara teknikal, akan sia-sia jika tidak memenuhi kebutuhan pasar atau memiliki use case yang jelas. Saya belajar bahwa teknologi yang bagus haruslah berguna, tidak hanya canggih, tapi juga memiliki potensi untuk memecahkan masalah nyata di kehidupan sehari-hari.
Ide PawDate muncul secara tidak terduga. Salah satu teman saya yang memiliki anjing merasa kesulitan mencari pasangan untuk anjingnya yang ingin dikawinkan. Ia pun bercerita tentang keresahannya ini, dan kami bertanya-tanya, “Apakah ini hanya masalah dia, atau ada banyak orang lain di luar sana yang mengalami hal yang sama?”
Ternyata, semakin kami menggali, semakin banyak orang yang merasa kesulitan menemukan pasangan untuk anjing mereka, atau bahkan teman bermain untuk anjing peliharaan mereka. Dari situ, ide untuk PawDate mulai muncul: sebuah aplikasi yang menghubungkan pemilik anjing, memudahkan mereka untuk menemukan teman bermain atau pasangan untuk anjing mereka, serta menyediakan berbagai acara sosial yang menyatukan komunitas pemilik anjing
Satu hal yang kami sadari ketika merancang konsep ini adalah, lokasi sangat penting. Kami beruntung tinggal di Tangerang, sebuah kota yang ternyata cukup besar dan memiliki banyak pemilik anjing. Banyak pet shop, pet grooming salon, dan tempat-tempat ramah hewan menjadikan Tangerang sebagai tempat yang sangat cocok untuk memulai sebuah bisnis yang berfokus pada pemilik hewan peliharaan.
Dengan banyaknya pecinta anjing di sekitar kami, kami merasa bahwa PawDate bisa menjadi solusi untuk menghubungkan mereka. Setelah kami melakukan riset dan memahami lebih dalam tentang kebutuhan pemilik anjing, kami merasa masih ada celah yang bisa diisi oleh PawDate. Kami ingin menciptakan aplikasi yang tidak hanya membantu orang menemukan teman bermain atau pasangan untuk anjing mereka, tetapi juga menciptakan sebuah komunitas yang aktif dan peduli terhadap kesejahteraan hewan peliharaan.
Kami kemudian mulai mengembangkan konsep fitur-fitur utama yang akan membuat PawDate berbeda dari yang lain. Pemilik anjing bisa membuat acara sosial seperti group walks, playdates, atau pet festivals bersama. Fitur Match-making dapat membantu pemilik menemukan pasangan atau teman bermain anjing berdasarkan breed, lokasi, dan sifat. Selain itu, kami menyediakan Community Forum untuk berbagi tips dan pengalaman perawatan anjing. Untuk memastikan keamanan, kami juga menyediakan verifikasi kesehatan anjing agar pemilik bisa saling percaya tentang kondisi kesehatan hewan peliharaan mereka. Tak ketinggalan, fitur Promo & Rewards memberi berbagai promo yang menarik dalam memenuhi kebutuhan anabul.
Meski semua tampak menyenangkan, ada banyak tantangan yang kami hadapi sepanjang perjalanan. Salah satunya adalah bagaimana memvalidasi ide bisnis ini dengan benar. Mengumpulkan data dari calon pengguna, melakukan wawancara, serta melakukan pengujian prototipe aplikasi untuk memastikan apakah konsep ini benar-benar diterima oleh pasar, adalah hal yang harus kami lakukan. Belum lagi dengan tantangan teknis dalam membangun aplikasi yang mudah digunakan dan memiliki tampilan yang menarik.
Namun, melalui proses ini, kami belajar banyak. Salah satu hal terpenting yang saya pelajari adalah pentingnya kerja sama dalam tim. Komunikasi yang baik dan sinergi antar anggota tim sangatlah vital agar proyek ini dapat berjalan dengan lancar. Menjaga agar tim tetap fokus dan on-track menjadi tugas yang tidak mudah, tetapi sangat memuaskan ketika melihat hasil dari kerja keras bersama.
Walaupun PawDate masih berupa konsep dan belum menjadi bisnis yang berjalan, perjalanan ini memberikan banyak pelajaran berharga. Melalui PawDate, saya belajar bahwa sebuah aplikasi atau teknologi yang sukses tidak hanya mengandalkan kemampuan teknikal semata, tetapi harus memiliki nilai tambah bagi penggunanya, memenuhi kebutuhan yang ada di pasar, dan memberikan solusi atas masalah yang nyata.
Pengalaman ini membuat saya semakin menyadari bahwa teknologi tidak hanya tentang kode dan alat, tetapi juga tentang manusia, kebutuhan, dan bagaimana kita bisa menyatukan keduanya untuk menciptakan dampak positif. Semoga, suatu hari nanti, ide ini dapat menjadi kenyataan, dan PawDate bisa memberikan manfaat bagi komunitas pecinta anjing di Indonesia.
Untuk saat ini, saya merasa sangat bersyukur bisa mengerjakan proyek ini bersama tim yang luar biasa dan mendapatkan wawasan berharga yang akan terus membantu saya dalam karier di masa depan.
Pertanyaan 5W1H:
• (What) Apa itu PawDate? Apa fitur utama yang ada di aplikasi PawDate?
• (Who) Siapa target pengguna aplikasi PawDate?
• (When) Kapan aplikasi PawDate berencana diluncurkan?
• (Where) Di mana PawDate beroperasi?
• (Why) Mengapa PawDate dibutuhkan?
• (How) Bagaimana proses pengembangan aplikasi PawDate?
Aretha Natalova Wahyudi – 2602114605 Ary Wijayati Kusumaningtyas – D6412 Darren Anthony Beltham – 2602067722 Entrepreneurship: Market Validation Nico Christian – 2602067376 LU01 Rexi Leon Saputra – 2602067344
Published at :