Machine learning (ML) dan software engineering (rekayasa perangkat lunak) adalah dua disiplin yang semakin terhubung di era teknologi saat ini. Meskipun memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda, kombinasi keduanya telah membuka peluang untuk menciptakan aplikasi yang canggih, otomatis, dan adaptif. Machine learning memungkinkan sistem untuk belajar dari data dan membuat prediksi atau keputusan, sementara software engineering menyediakan pendekatan metodologis untuk merancang, mengembangkan, dan memelihara sistem perangkat lunak.

Machine Learning adalah disiplin yang berfokus pada pengembangan algoritma dan model yang memungkinkan komputer untuk belajar dari data dan membuat keputusan atau prediksi tanpa aturan eksplisit yang diprogram. Model ML bekerja dengan menganalisis data, menemukan pola, dan menghasilkan keluaran berdasarkan data yang dilatih. ML biasanya digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan adaptasi dan pengambilan keputusan berdasarkan data, seperti pengenalan gambar, prediksi tren pasar, atau rekomendasi produk. Sedangkan Software Engineering adalah proses yang sistematis dalam merancang, mengembangkan, menguji, dan memelihara perangkat lunak. Rekayasa perangkat lunak melibatkan prinsip-prinsip dan praktik terbaik untuk menghasilkan perangkat lunak yang efisien, mudah dipelihara, dan memenuhi kebutuhan pengguna. Pendekatan ini mencakup pengelolaan proyek, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.

Meskipun berbeda, keduanya dapat bekerja sama dalam menciptakan perangkat lunak cerdas yang lebih efektif dan inovatif.

Machine learning telah memperkaya rekayasa perangkat lunak dengan kemampuan untuk membuat sistem yang lebih dinamis, berbasis data, dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Beberapa peran ML dalam rekayasa perangkat lunak meliputi:

  1. Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak

Machine learning dapat memprediksi bug dan mengidentifikasi area yang rawan masalah, sehingga memfasilitasi proses pengujian yang lebih cepat dan otomatis. Misalnya, algoritma ML dapat digunakan untuk mendeteksi bug dari pola sebelumnya, menganalisis log, atau bahkan menciptakan tes otomatis berdasarkan perilaku pengguna.

  1. Prediksi Kinerja Sistem

Machine learning dapat digunakan untuk memprediksi kinerja aplikasi di berbagai skenario. Dengan memanfaatkan data dari penggunaan aplikasi sebelumnya, model ML dapat memperkirakan kapan aplikasi mungkin mengalami penurunan kinerja atau kapan peningkatan skala dibutuhkan.

  1. Penanganan Bug dan Pemeliharaan

Algoritma machine learning bisa digunakan untuk memprioritaskan perbaikan bug berdasarkan seberapa banyak pengguna yang terpengaruh atau seberapa serius dampaknya terhadap sistem.

  1. Penyesuaian Aplikasi Secara Real-Time

ML memungkinkan aplikasi menyesuaikan perilakunya secara real-time, sesuai dengan kondisi pengguna atau lingkungan. Misalnya, aplikasi rekomendasi dapat mengubah daftar rekomendasi berdasarkan perilaku pengguna yang terbaru, sehingga memberikan pengalaman yang lebih personal.

Penggabungan machine learning dalam rekayasa perangkat lunak memunculkan beberapa tantangan unik, antara lain:

  1. Ketidakpastian dalam Hasil Machine Learning. Model ML sering kali menghasilkan prediksi yang tidak pasti. Dalam software engineering tradisional, setiap langkah dapat diprogram secara deterministik. Namun, model ML mungkin memberikan hasil yang berbeda tergantung pada data, sehingga tantangan muncul dalam hal validasi hasil yang konsisten.
  2. Pengelolaan Data yang Kompleks. Machine learning memerlukan data dalam jumlah besar untuk pelatihan. Pengelolaan data ini memerlukan pendekatan yang berbeda, seperti penyimpanan, kebersihan, dan privasi data, yang sebelumnya mungkin tidak dihadapi dalam rekayasa perangkat lunak tradisional.
  3. Kompleksitas Pemeliharaan Model. Model ML sering kali membutuhkan pembaruan secara berkala karena data baru atau perubahan pola penggunaan. Pemeliharaan ini memerlukan pendekatan berbeda dibandingkan dengan pemeliharaan perangkat lunak biasa, terutama dalam memastikan model tetap akurat dan relevan.
  4. Tantangan Pengujian dan Validasi. Pengujian perangkat lunak ML lebih kompleks karena tidak cukup hanya memeriksa fungsionalitas, tetapi juga akurasi dan kinerja prediksi. Hal ini mengharuskan pengembang untuk menggunakan teknik pengujian khusus, seperti validasi kinerja model di berbagai skenario

Integrasi machine learning dalam software engineering memberikan banyak manfaat, yaitu aplikasi yang lebih daptif. Aplikasi yang menggunakan ML dapat beradaptasi secara otomatis berdasarkan data pengguna dan lingkungan, menciptakan pengalaman yang lebih relevan dan interaktif. Otomatisasi proses pengembangan, sehingga machine learning dapat mengotomatiskan banyak aspek dalam pengembangan perangkat lunak, seperti pengujian dan debugging, sehingga mengurangi beban pengembang dan meningkatkan produktivitas. Selain itu,  Machine learning memungkinkan personalisasi yang lebih baik dalam aplikasi, seperti rekomendasi produk atau penyesuaian antarmuka, yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna.

Hubungan antara machine learning dan software engineering semakin erat dalam era teknologi modern, menciptakan potensi besar untuk pengembangan aplikasi yang lebih cerdas dan adaptif. Namun, integrasi keduanya juga membawa tantangan baru, terutama dalam hal pengelolaan data, pengujian model, dan pemeliharaan sistem yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang efektif antara machine learning engineer dan software engineer, aplikasi dapat berkembang menjadi sistem yang mampu memahami, memproses, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan pengguna secara dinamis.

 

Refrences

https://www.coursera.org/articles/what-is-machine-learning-engineer

https://ids.ac.id/kenalan-dengan-machine-learning-engineer/

https://iopscience.iop.org/journal/3049-4761