Kecerdasan buatan (AI) telah mengubah cara manusia berkomunikasi. Chatbot, asisten virtual, dan algoritma personalisasi adalah contoh bagaimana AI membantu menyederhanakan komunikasi. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk berkomunikasi lebih efisien, terutama dalam layanan pelanggan dan interaksi bisnis.

Chatbot yang ditempatkan di situs web perusahaan memungkinkan pelanggan mendapatkan jawaban cepat tanpa harus menunggu layanan dari manusia. Di sisi lain, AI dalam aplikasi pesan dapat membantu pengguna memperbaiki tata bahasa, menerjemahkan pesan secara instan, dan bahkan memberikan saran gaya bahasa yang lebih profesional.

Namun, penggunaan AI dalam komunikasi juga menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya adalah penurunan interaksi manusiawi. Terlalu banyak menggunakan AI dalam komunikasi dapat membuat hubungan antarmanusia terasa kaku dan kurang empatik. Selain itu, isu privasi menjadi perhatian besar, karena AI memerlukan data besar untuk mengoptimalkan kinerjanya.

Untuk mengatasi kekhawatiran ini, perlu ada regulasi terkait privasi data dan pengelolaan informasi pribadi. Sebagai pengguna, kita juga perlu lebih bijaksana dalam berkomunikasi dengan teknologi AI. AI sebaiknya digunakan sebagai pendukung, bukan pengganti komunikasi interpersonal. Dengan demikian, manusia dapat tetap mempertahankan keaslian dalam komunikasi.

 

 

Referensi:
Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2014). The Second Machine Age: Work, Progress, and Prosperity in a Time of Brilliant Technologies. W. W. Norton & Company.