Teori Spiral of Silence dalam Era Digital
Teori Spiral of Silence, yang diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann, menjelaskan mengapa sebagian orang memilih diam ketika pandangan mereka berbeda dengan mayoritas. Dalam era digital, fenomena ini semakin relevan, terutama di platform media sosial.
Di media sosial, pengguna cenderung enggan mengungkapkan pandangan yang berlawanan dengan mayoritas karena takut dikucilkan atau diserang oleh kelompok lain. Dalam diskusi politik, misalnya, individu dengan pandangan minoritas mungkin lebih memilih diam, meskipun mereka memiliki argumen yang kuat.
Fenomena ini diperkuat oleh algoritma media sosial yang menciptakan “echo chambers” atau ruang gema. Dalam ruang ini, seseorang hanya terekspos pada pandangan yang sama, sehingga memperkuat keyakinan kelompok mayoritas dan menekan keberagaman opini. Hal ini dapat membatasi diskusi yang sehat dan memperkuat polarisasi sosial.
Untuk mengatasi dampak teori Spiral of Silence di era digital, platform media sosial harus menciptakan ruang diskusi yang inklusif dan mendorong perbedaan pendapat yang sehat. Selain itu, pengguna media sosial perlu dilatih untuk menerima perbedaan dan membangun kesadaran bahwa keberagaman pendapat adalah hal yang normal dalam diskusi publik.
Referensi:
Noelle-Neumann, E. (1993). The Spiral of Silence: Public Opinion – Our Social Skin. University of Chicago Press.
Comments :