Komunikasi nonverbal mencakup ekspresi wajah, gerak tubuh, intonasi suara, dan bahkan jarak fisik. Meskipun komunikasi verbal lebih banyak disorot, komunikasi nonverbal sebenarnya memiliki pengaruh besar terhadap cara pesan diterima. Pesan nonverbal dapat memperkuat, memperlemah, atau bahkan mengubah makna dari komunikasi verbal.

Sebagai contoh, senyuman dapat menciptakan kesan ramah, sementara kontak mata menunjukkan kepercayaan diri dan kesungguhan. Sebaliknya, gestur tertutup, seperti menyilangkan tangan, bisa memberi kesan defensif atau tidak terbuka. Di dunia kerja, komunikasi nonverbal dapat menentukan kesuksesan presentasi, wawancara kerja, atau negosiasi.

Bahkan dalam komunikasi virtual, elemen nonverbal tetap relevan. Nada suara dalam pesan suara atau penggunaan emoji dalam teks adalah bagian dari komunikasi nonverbal. Misalnya, emoji “senyum” dapat memperkuat pesan positif, sedangkan emoji “marah” dapat mempertegas ketidaksetujuan.

Menurut penelitian Albert Mehrabian, 93% dari komunikasi dipengaruhi oleh faktor nonverbal, dengan 55% berupa bahasa tubuh dan 38% berupa intonasi suara. Oleh karena itu, penting untuk melatih keterampilan komunikasi nonverbal, terutama dalam konteks profesional. Dengan memahami gestur dan ekspresi wajah, kita dapat membaca niat dan perasaan lawan bicara dengan lebih akurat.

 

 

Referensi:
Mehrabian, A. (1972). Nonverbal Communication. Aldine-Atherton.