Sumber: https://images.app.goo.gl/sNeDe4m6Yt5MTeH87

Dalam dunia modern yang semakin individualistis, muncul tren yang mendorong pentingnya mencintai diri sendiri atau self-love. Namun, sering kali ada kesalahpahaman antara sikap mencintai diri dengan menjadi egois atau selfish. Banyak orang mulai salah mengartikan selfish sebagai bentuk self-love demi menjaga kesehatan mental mereka, meskipun dua konsep ini sebenarnya sangat berbeda. Dalam konteks psikologi, perbedaan antara self-love dan selfish sangat penting karena keduanya memiliki dampak yang berbeda terhadap hubungan interpersonal, kesejahteraan psikologis, dan perkembangan individu. Artikel ini akan membahas perbedaan antara keduanya, serta bagaimana kesalahpahaman tentang kedua konsep ini dapat menimbulkan masalah.

Apa Itu Selfish?

Selfish adalah sikap di mana seseorang lebih mengutamakan kepentingan pribadi di atas segalanya, bahkan jika hal tersebut merugikan orang lain. Mereka yang bersikap selfish cenderung tidak memedulikan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan sering kali menggunakan alasan “self-care” untuk membenarkan tindakan tersebut. Menurut Siloam Hospitals, selfish berasal dari sifat manusia yang alamiah, tetapi jika berlebihan dapat merusak hubungan interpersonal karena minimnya empati dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain.

Apa Itu Self-Love?

Self-love, di sisi lain, adalah kemampuan untuk menerima, menghargai, dan merawat diri tanpa harus merugikan orang lain. Ini merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri yang berfokus pada kesejahteraan emosional dan mental. Menurut definisi yang disampaikan oleh Satupersen, self-love bukanlah sekedar memanjakan diri atau memberikan apa yang diinginkan, melainkan upaya untuk memahami apa yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan hidup. Self-love melibatkan tindakan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan kesehatan secara keseluruhan, seperti menjaga batasan yang sehat dalam hubungan atau memberikan waktu untuk pemulihan diri.

Sumber: https://images.app.goo.gl/CB2kpjT14QbJSw23A

Salah satu teori psikologi yang relevan dalam memahami perbedaan ini adalah Maslow’s Hierarchy of Needs. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia terdiri dari lima tingkatan, dengan kebutuhan aktualisasi diri berada di puncak piramida. Kebutuhan akan self-love termasuk dalam kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri. Namun, dalam proses mencapai aktualisasi diri, ada potensi bahwa individu dapat terjebak dalam selfishness, terutama jika mereka mengabaikan kebutuhan sosial dan emosional orang lain. Di sinilah batas antara self-love dan selfish sering kabur.

Kesalahpahaman tentang self-love dan selfish sering terjadi karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan perawatan diri. Banyak orang yang mencoba menetapkan batasan diri untuk menjaga kesejahteraan mental mereka, tetapi dalam beberapa kasus, batasan ini diartikan secara ekstrem, di mana kebutuhan pribadi selalu ditempatkan di atas kebutuhan orang lain tanpa kompromi. Ditambah lagi, budaya yang mendorong individualisme dan kompetisi sering kali memperkuat pandangan bahwa setiap orang harus selalu menjaga diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain. Akibatnya, tindakan yang sebenarnya egois sering dianggap sebagai bentuk self-love.

Jika kesalahpahaman ini terus berlanjut, dampak yang terjadi bisa cukup signifikan. Dalam jangka panjang, individu yang terus bersikap selfish dengan alasan self-love dapat merusak hubungan interpersonal, kehilangan empati, dan mengisolasi diri dari dukungan sosial yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan psikologis. Selain itu, dalam lingkungan kerja atau komunitas, sikap selfish dapat menimbulkan konflik, menghambat kolaborasi, dan menurunkan produktivitas. Hal ini juga dapat menyebabkan stres dan kecemasan, baik bagi individu tersebut maupun orang-orang di sekitarnya.

Sumber: https://images.app.goo.gl/EtJhD8atDTEpSU6p7

Bagaimana cara membedakan self-love dan selfish?

Untuk membedakan antara self-love dan selfish, salah satu cara paling mudah adalah dengan melihat dampak dari tindakan tersebut. Apakah tindakan tersebut hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri tanpa mempertimbangkan orang lain? Jika ya, kemungkinan besar itu adalah selfish. Namun, jika tindakan tersebut memberikan keseimbangan antara kebutuhan diri dan orang lain, serta memperhatikan perasaan orang lain, maka itu adalah self-love. Tips membedakan keduanya adalah selalu bertanya pada diri sendiri, “Apakah tindakan saya akan merugikan orang lain?” Jika jawabannya ya, maka itu mungkin lebih mendekati selfish daripada self-love.

Salah satu cara untuk mengatasi kesalahpahaman antara self-love dan selfish adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keseimbangan dalam kehidupan. Pendidikan tentang kesehatan mental harus menekankan bahwa self-love adalah tentang merawat diri tanpa merugikan orang lain. Selain itu, dukungan sosial dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental dapat membantu individu memahami kapan mereka bertindak secara egois dan kapan mereka benar-benar mencintai diri sendiri dengan cara yang sehat. Pelatihan empati dan keterampilan komunikasi yang baik juga bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mencegah kesalahpahaman ini.

Self-love dan selfish mungkin terlihat serupa di permukaan, tetapi memiliki perbedaan yang sangat mendalam dalam hal niat dan dampak psikologisnya. Self-love adalah sikap mencintai diri sendiri dengan cara yang sehat, sementara selfish lebih mengarah pada sikap yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Kesalahpahaman antara keduanya dapat menimbulkan berbagai masalah dalam hubungan sosial dan kesejahteraan mental. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan ini dan menerapkan self-love dengan cara yang sehat, tanpa jatuh ke dalam jebakan selfishness.

 

 

Referensi:

Fadli, dr. R. (2023, November 23). Ini Perbedaan antara Selfish dan Self Love yang Harus Diketahui. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/ini-perbedaan-antara-selfish-dan-self-love-yang-harus-diketahui?srsltid=AfmBOormabDruANZiO5EDr7g9RCmNh8ZPHR5hwJIJzgStGLktsXFIG3t

Gómez, Psy.D., Dr. C. (2019, March 19). SELFISHNESS VS. SELF-LOVE – Heredia Therapy Group. Heredia Therapy. https://herediatherapy.com/selfishness-vs-self-love/ 

Putra, D. Y. M. (2021, October 4). Self-Love vs Selfish: Terlihat Sama, Namun Nyatanya Berbeda (Couple Edition). Satu Persen. https://satupersen.net/blog/self-love-vs-selfish-terlihat-sama-namun-nyatanya-berbeda-couple-edition

Tim Medis Siloam Hospitals. (2024, August 29). Mengenal Apa itu Selfish dan Perbedaannya dengan Self-Love. Siloamhospitals.com. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-selfish