Kecenderungan generasi yang lebih tua untuk mengkritik atau menyalahkan generasi yang lebih muda adalah pola yang terus terulang sepanjang sejarah. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui beberapa faktor psikologis, sosial, dan budaya, antara lain:

  1. Perbedaan Nilai dan Norma Antar Generasi

Setiap generasi tumbuh dalam kondisi yang berbeda, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun teknologi. Generasi yang lebih tua sering kali melihat perubahan yang diperkenalkan oleh generasi muda sebagai ancaman terhadap cara hidup yang telah mereka bangun. Misalnya, preferensi Gen Z terhadap teknologi digital dan lingkungan kerja yang fleksibel sering dianggap sebagai tanda kemalasan, padahal sebenarnya ini mencerminkan pergeseran prioritas sosial​​.

  1. Nostalgia dan Idealisasi Masa Lalu

Orang-orang sering kali meromantisasi masa mudanya dan percaya bahwa segala sesuatu di masa lalu lebih baik. Pandangan ini dapat menyebabkan generasi yang lebih tua merasa bahwa tantangan yang mereka hadapi lebih berat dibandingkan dengan generasi yang lebih muda. Akibatnya, ketergantungan Gen Z pada teknologi atau fokus mereka pada kesehatan mental sering dilihat sebagai kelemahan​.

  1. Resistensi terhadap Perubahan

Seiring bertambahnya usia, orang cenderung menjadi lebih resisten terhadap perubahan, yang memicu konflik antar-generasi. Teknologi yang berkembang pesat dan diadopsi oleh Gen Z bisa terasa membingungkan bagi Generasi Baby Boomers atau Gen X, yang memandang perkembangan ini sebagai “keruntuhan” tradisi​.

  1. Perubahan Ekonomi dan Sosial

Kenyataan ekonomi yang dihadapi setiap generasi juga berkontribusi pada ketidakpahaman. Generasi Baby Boomers tumbuh di masa kemakmuran dan stabilitas kerja, sementara Millennials dan Gen Z harus menghadapi utang pendidikan, ketidakstabilan pekerjaan, dan ekonomi gig. Generasi yang lebih tua mungkin tidak sepenuhnya memahami tantangan ini dan menganggap generasi muda tidak bekerja keras​.

 

Bagaimana AI Dapat Membantu Menjembatani Kesenjangan Antar-Generasi

Teknologi AI, termasuk Knowledge-Based AI dan Cognitive AI, dapat menawarkan berbagai manfaat bagi Generasi Z dalam menghadapi tantangan generasi, sekaligus membantu mengurangi kesenjangan antar-generasi yang lebih tua dan muda. Berikut adalah beberapa cara bagaimana AI dapat membantu:

Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/young-positive-lady-showing-photos-on-smartphone-to-senior-man-while-sitting-at-laptop-3823542/
  1. Meningkatkan Pembelajaran dan Pendidikan

Sistem Knowledge-Based AI dapat menyediakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar Gen Z. Misalnya, platform e-learning yang didukung AI dapat menyederhanakan konsep-konsep yang kompleks dan membuat konten lebih menarik bagi generasi muda. AI juga dapat menawarkan modul pembelajaran yang disesuaikan untuk generasi yang lebih tua tentang teknologi modern dan lingkungan kerja digital sehingga mereka lebih mudah beradaptasi​​.

  1. Mendorong Kolaborasi Antar-Generasi di Tempat Kerja

Cognitive AI yang meniru proses berpikir manusia dapat digunakan untuk mendukung kolaborasi antar-generasi di tempat kerja. Sistem AI dapat memfasilitasi komunikasi dan alur kerja yang mengakomodasi perbedaan gaya kerja antara karyawan muda dan tua. Misalnya, AI bisa bertindak sebagai mediator, membantu pekerja muda yang lebih nyaman dengan alat digital dan lingkungan kerja jarak jauh untuk berkolaborasi dengan kolega yang lebih tua yang mungkin lebih menyukai metode komunikasi tradisional.

  1. Promosi Pembelajaran Sepanjang Hayat untuk Generasi Tua

Generasi yang lebih tua dapat memanfaatkan platform pembelajaran berbasis AI untuk terus memperbarui keterampilan mereka, terutama dalam hal literasi digital dan alat kerja modern. Cognitive AI dapat membantu memecah informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dipahami, memungkinkan Baby Boomers dan Gen X menjadi lebih nyaman dengan teknologi modern .

  1. Memfasilitasi Pemahaman dan Kesadaran Budaya

Alat komunikasi berbasis AI seperti Natural Language Processing (NLP) dapat membantu menjembatani kesenjangan komunikasi antar-generasi dengan menganalisis dan menerjemahkan perbedaan bahasa dan budaya generasi. AI dapat mengidentifikasi perbedaan generasional dan merekomendasikan cara menyampaikan ide yang lebih mudah dipahami oleh semua kelompok usia .

  1. Mengurangi Stereotip Melalui Wawasan yang Diberdayakan oleh AI

AI dapat menganalisis data perilaku generasi dan membongkar stereotip yang sering berkontribusi pada kesalahpahaman. Misalnya, Cognitive AI dapat menunjukkan data bahwa Gen Z sebenarnya beradaptasi dengan cepat di pasar kerja yang berubah dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas.

  1. Menciptakan Alat Digital yang Inklusif

AI dapat digunakan untuk merancang platform yang ramah bagi generasi yang lebih muda maupun yang lebih tua. Dengan menyediakan antarmuka yang fleksibel dan mudah digunakan, AI dapat memastikan bahwa setiap orang dapat berinteraksi dengan teknologi dengan nyaman tanpa memandang usia .

 

 

Referensi:

  1. Forbes – “How AI Is Changing The Future Of Work”. URL: https://www.forbes.com/sites/marenbannon/2023/06/22/how-ai-is-changing-the-future-of-work/
  2. MIT News – “AI assistant monitors teamwork to promote effective collaboration.” URL: https://news.mit.edu/2024/ai-assistant-monitors-teamwork-promote-effective-collaboration-0819
  3. Forbes – “3 Ways AI Can Bridge The Generational Gap In The Workplace.” URL: https://www.forbes.com/sites/bryanrobinson/2024/06/16/3-ways-ai-can-bridge-the-inter-generational-gap-in-the-workplace/