Source: https://unsplash.com/photos/white-printing-paper-with-marketing-strategy-text-yktK2qaiVHI

Pandemi COVID-19 memaksa perusahaan untuk cepat beradaptasi dan menanggapi kebutuhan pelanggan yang baru. Salah satu cara paling mencolok dari dinamika ini adalah pada channel marketing  pemasaran yang diadopsi perusahaan untuk berinteraksi dan menjual kepada pelanggan. Di sisi lain, strategi pemasaran konten juga mengalami perubahan signifikan, menekankan pada relevansi dan empati.

Ekspansi Channel marketing  Pemasaran

Pandemi mendorong banyak perusahaan untuk memperluas channel marketing  pemasaran mereka. Menurut survei dari 314 pemimpin pemasaran AS, hampir dua pertiga (61%) perusahaan melaporkan peningkatan jumlah channel marketing yang mereka gunakan (Moorman et al., 2023). Di sektor B2C, terutama layanan, 77% melaporkan peningkatan ini. Ekspansi channel marketing memungkinkan konsumen memilih metode interaksi yang mereka sukai, namun memerlukan upaya dan investasi signifikan. Sebelum memperluas kanal, tim pemasaran harus mempertimbangkan apakah channel marketing baru akan menarik pelanggan baru, mengambil pelanggan dari pesaing, atau meningkatkan pangsa pasar dari pelanggan saat ini.

Meskipun terjadi transformasi digital, hanya 6,7% perusahaan yang melaporkan bahwa channel marketing tatap muka (F2F) mereka sepenuhnya beralih ke digital. Bahkan, 28% perusahaan membuka channel marketing F2F baru. Channel marketing F2F bertahan karena tiga alasan utama: kesulitan menembus kebisingan digital, kelelahan digital yang dirasakan konsumen, dan penggunaan channel marketing F2F sebagai laboratorium untuk mempelajari perilaku konsumen.

 Penggunaan Media Sosial dan D2C

Penggunaan media sosial oleh merek meningkat tajam selama pandemi. Hampir setengah (45%) perusahaan sekarang menggunakan channel marketing sosial untuk menjual produk dan layanan, dengan B2C layanan memimpin dengan 61,5%. Contoh sukses termasuk Scrub Daddy yang memanfaatkan TikTok untuk meraih jutaan pengikut dan penjualan online.

Revolusi direct-to-customer (D2C) juga dimulai dengan hampir seperempat (24%) perusahaan menambah channel marketing D2C pada tahun 2023. Perusahaan produk B2C memimpin dengan 41% adopsi channel marketing ini. D2C memungkinkan perusahaan mengumpulkan wawasan berharga tentang perilaku pelanggan dan kebutuhan online, menguji strategi baru, dan mengontrol pengalaman pelanggan dengan merek.

 Strategi Pemasaran Konten yang Berubah

Selain perubahan dalam channel marketing pemasaran, strategi pemasaran konten juga harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Ada empat cara utama untuk mengubah strategi konten di masa pandemic (NYTLicensing, 2024).

  1. Memimpin dengan Empati

Memahami dan merespon kebutuhan serta tantangan yang dihadapi pelanggan sangat penting. Merek harus menyesuaikan strategi konten lintas platform mereka untuk mencerminkan dan mengatasi kebutuhan ini. Contoh baiknya adalah New York Times dengan vertikal konten “At Home” yang menawarkan panduan, tips, dan aktivitas untuk membantu pembaca menghadapi kehidupan selama COVID-19.

  1. Tetap Relevan dan Gesit

Pandemi menuntut perusahaan untuk tetap relevan dan cepat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pelanggan. Merek harus mengevaluasi ulang konten yang ada, memastikan bahwa konten tersebut relevan dengan situasi saat ini dan tidak terkesan tidak peka terhadap kondisi pandemic. 

  1. Menarik daripada Mendorong Generasi Prospek

Selama pandemi, banyak merek beralih ke strategi pemasaran “tarik” dengan menyediakan nilai untuk menarik prospek daripada “dorong” yang mempromosikan merek secara massal. Webinar dan konten kepemimpinan pemikiran telah menjadi cara efektif untuk menarik prospek dan mempertahankan interaksi dengan audiens.

  1. Membangun Hubungan Lebih Dalam dengan Audiens

Banyak organisasi berhasil menjaga koneksi dengan audiens inti mereka dan membangun rasa komunitas di sekitar merek mereka melalui inisiatif pemasaran konten. Email dan acara virtual digunakan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumen. Misalnya, Chipotle mengadakan acara makan siang virtual untuk pelanggan dan pengikut media sosial mereka, menampilkan promosi, penampilan selebriti, dan kesempatan untuk terhubung dengan orang lain selama masa isolasi.

 

Kesimpulan

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara pemasar mendekati strategi channel marketing dan konten. Dengan lebih banyak channel marketing dari sebelumnya, pemasar perlu memetakan channel marketing mana yang menambah nilai nyata dan mengesampingkan yang lain. Selain itu, penting untuk tetap relevan, menunjukkan empati, dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan audiens melalui konten yang bernilai. Kedua pendekatan ini, baik dalam ekspansi channel marketing maupun penyesuaian strategi konten, menunjukkan bahwa tidak ada satu rute tunggal menuju sukses di era pasca-pandemi. Merek harus secara strategis menentukan di mana mereka dapat memberikan dampak terbesar.

 

 

Referensi

Moorman, C., Soli, J., & Michelle, S. (2023). How the Pandemic Changed Marketing Channels. Harvard Business Review. https://hbr.org/2023/08/how-the-pandemic-changed-marketing-channels

NYTLicensing. (2024). How to Adjust Your Content Marketing Strategy in the Age of COVID-19. Nytlicensing. https://nytlicensing.com/latest/marketing/adjust-your-content-marketing-strategy-covid/