Source: https://unsplash.com/photos/man-standing-behind-sitting-man-JyJwO0K5fWM

Membimbing orang lain (mentorship) dalam perjalanan karier mereka bisa menjadi pengalaman yang sangat bermanfaat. Namun, banyak mentor kewalahan dengan banyaknya permintaan mentoring (Ranganathan & Englesbe, 2024). Artikel ini menggabungkan temuan dari dua penelitian untuk memberikan panduan tentang cara menjadi mentor yang efektif sambil menghindari burnout .

Tantangan dan Strategi untuk Mentor

Artikel pertama mengakui bahwa meskipun mentoring bermanfaat, namun hal itu bisa menjadi melelahkan bagi mentor. Para mentor, terutama mereka yang berasal dari kelompok yang kurang terwakili di posisi senior, mungkin kewalahan dengan banyaknya permintaan. Artikel ini menawarkan lima solusi untuk membantu mentor mengelola bimbingan secara lebih efisien dan berkelanjutan.

  • Membagi Mentor Menjadi Tim: Daripada kewalahan dengan bimbingan individual, mentor dapat membagi para mentor ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang dengan tingkat pengalaman beragam. Setiap tim dapat memiliki pemimpin yang paling berpengalaman di antara mereka. Struktur ini memungkinkan para mentor untuk belajar secara mandiri dan saling membimbing.
  • Manfaatkan Teknologi: Teknologi dapat membantu menyederhanakan proses bimbingan. Gunakan platform online untuk penjadwalan pertemuan kelompok dan rekam video untuk menjawab pertanyaan yang sering diajukan. Hal ini dapat menghemat waktu Anda dan membantu mentor yang lain belajar dari pertanyaan tersebut.
  • Branding Upaya Anda: Promosikan keahlian mentoring Anda dengan cara yang selaras dengan prioritas organisasi Anda. Sorot keberhasilan para mentor Anda di media sosial untuk membangun reputasi dan menarik calon mentor potensial. Membangun reputasi sebagai mentor yang handal dapat membantu Anda dan tim Anda.
  • Tuntut Organisasi Bertanggung Jawab: Institusi harus berinvestasi dalam program mentoring yang bermakna dengan menyediakan waktu dan dana yang memadai. Institusi juga harus memastikan keragaman di antara para mentor dan menghindari praktik yang tidak adil seperti memberikan tugas tambahan yang tidak dibayar kepada manajer atau staf junior yang berasal dari kelompok yang kurang terwakili. Terakhir, penting bagi institusi untuk mengembangkan metrik yang objektif untuk mengevaluasi efektivitas program mentoring.

Lebih Daripada Sekadar Memberikan Bimbingan

Menurut (Williams, 2020) menekankan pentingnya selektif dalam memilih mentor. Penulis menyarankan proses tiga langkah untuk menilai keseriusan calon mentor dan komitmen mereka terhadap pengembangan diri.

Proses tersebut meliputi:

  • Membaca buku penulis dan melaporkan tiga poin penting yang didapat.
  • Berkomitmen untuk perform dari hasil bimbingan yang diterima

Kesimpulan

Membimbing orang lain bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengembangkan generasi pemimpin masa depan. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari institusi, para mentor dapat memberikan bimbingan yang efektif sambil menjaga keseimbangan dengan kehidupan dan karier mereka sendiri. Artikel ini memberikan berbagai strategi untuk membantu Anda menjadi mentor yang efektif dan menghindari burnout.

 

 

Referensi

Ranganathan, K., & Englesbe, M. (2024, January 2). How to Mentor More People — and Not Get Burned Out. Harvard Business Review. https://hbr.org/2024/01/how-to-mentor-more-people-and-not-get-burned-out

Williams, E. K. (2020, May 26). 3 Ways To Be An Effective Mentor And Avoid Burnout. Forbes. https://www.forbes.com/sites/ebonikwilliams/2020/05/26/3-ways-to-be-an-effective-mentor-and-avoid-burnout/?sh=53b23d831672