Sumber: https://www.homes89.com/wp-content/uploads/2019/11/Liquid-Waste-Removal.jpg

Diskusi mengenai sustainability tidak akan bisa dipisahkan dari limbah cair. Tulisan saya mengenai limbah cair dapat di baca disini.

Mari sekarang kita ketahui mengenai pengolahan limbah cair.

Pengelolaan limbah cair adalah metode untuk mencegah pembuangan polutan ke saluran air dengan mengumpulkan dan membuang cairan berbahaya. Mengelola air limbah dapat menjadi tantangan besar bagi bisnis besar dan kecil. Banyak perusahaan menghasilkan air limbah berbahaya dan tidak berbahaya sebagai hasil dari sistem manufaktur dan produksi mereka. Pengolahan limbah cair ini memerlukan sumber daya dan teknologi yang tidak dimiliki oleh sebagian besar bisnis, dimana pembuangan limbah yang tidak tepat dapat membuat perusahaan menghadapi konsekuensi dan tanggung jawab yang besar.

Ada beberapa pilihan pengolahan limbah cair:

  1. Pengolahan Air Limbah: Pengolahan kimia dan fisik untuk memisahkan kontaminan dari air, yang memungkinkan keduanya didaur ulang dalam proses lain.
  2. Penguapan: Air direbus dan sisa padatannya akan dikirim untuk pengomposan atau pembangkit energi.
  3. Injeksi Langsung Cair: Perawatan pada suhu sangat tinggi yang dapat menghancurkan kontaminan

Pengolahan Limbah Cair di Indonesia

Pasti kita sekarang memikirkan, bagaimana pengolahan limbah yang ada di Indonesia? Sebagai negara terbanyak nomor empat didunia, masalah limbah cair mesti diberikan perhatian yang serius. Berdasar riset Widyarani et.al, 2022 menemukan bahwa pengelolaan air limbah di Indonesia masih sangat sedikit.

Air hitam (black water) dan air kelabu (grey water) adalah nama untuk air limbah rumah tangga atau domestik. Air hitam berasal dari urin dan tinja toilet, yang mengandung banyak organik, nitrogen, dan fosfor. Air kelabu berasal dari sumber lain, seperti kamar mandi, dapur, dan pencucian baju. Limbah air hitam biasanya dipisahkan dari air kelabu. Sekitar 8 juta meter kubik air hitam terkumpul setiap hari. Sebagian besar (79 %) diproses dalam tangki septic, yang hanya membutuhkan sistem perpipaan sederhana dan tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Akibatnya, jika dibandingkan dengan sistem pengolahan lainnya, pemasangan tangki septik jauh lebih murah. Namun demikian, sistem tangki septik belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional untuk spesifikasi infrastruktur, operasi, dan pemeliharaan. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 83% tangki septik di Indonesia mengalami kebocoran dan tidak memenuhi standar seperti kedalaman dan jarak dengan sumber air tanah. Dua hal ini dapat mencemari air tanah dengan mikroba dan zat organik yang ada dalam air hitam.

Di sisi lain, fakta bahwa limbah air kelabu yang diolah hanya sekitar sepertiga dari 22 juta meter kubik limbah yang dihasilkan. Akibatnya, sekitar 16 juta meter kubik air kelabu terlepas ke badan air setiap hari. Jumlah ini bisa di analogikan sebanyak sekitar 2.600 kolam renang olimpiade dapat diisi dengan air sebanyak itu. Air kelabu sering diabaikan karena dianggap memiliki kandungan pencemar makro yang lebih rendah. Namun, air kelabu mengandung mikropolutan, atau pencemar mikro, yang dapat berdampak pada ekosistem perairan dalam konsentrasi kecil.

 

Referensi:

Widyarani, Wulan, D.R., Hamidah, U. et al. Domestic wastewater in Indonesia: generation, characteristics and treatment. Environ Sci Pollut Res 29, 32397–32414 (2022). https://doi.org/10.1007/s11356-022-19057-6.