Pointilisme adalah sebuah teknik menggambar dengan memanfaatkan bentuk lingkaran kecil yang disusun pada pola tertentu sehungga menhasilkan bentuk gambar. Pada mulanya Seni Pointilisme dikembangkan oleh Georges Seurat dan Paul Signac pada tahun 1886 sebagai cabang seni Impresionisme [1]. Salah satu pelukis dunia yang terkenal dengan gaya pointilisme adalah Vincent Van Gogh.

Lukisan “Starry Night” Karya Vincent Van Gogh (1889)

Seiring berkembangnya dunia seni dan desain teknik pointilisme menjadi style seni yang banyak diminati oleh pencipta maupun penikmat seni dan desain. Salah satu bidang desain yang sering menggunakan teknik pointilisme dalam prosesnya adalah sablon (screen printing). Pada dasarnya screen printing adalah teknik mencetak menggunakan screen (film) sebagai media untuk memindahkan gambar digital ke permukaan kain atau media lainnnya. Pointilisme mengakomodasi kelemahan teknik sablon yang hanya dapat mencetak warna dengan jumlah yang terbatas dalam satu gambar. Bentuk lingkaran-lingkaran kecil yang terdapat pada karya pointilisme menjadi celah bagi desainer untuk mengatasi kelemahan teknik sablon yang hanya dapat mengakomodasi warna dalam jumlah yang terbatas. Desainer seringkali “mempermainkan” bentuk, ukuran dan jarak dari lingkaran-lingkaran yang terdapat dalam karya seni tersebut sehingga gambar memiliki dimensi. Permainan bentuk ukuran dan jarak ini juga dapat menimbulkan efek warna baru ketika dua jenis lingkaran dengan warna yang berbeda didekatkan. Perubahan warna akibat perpaduan dua jenis lingkaran dengan warna yang berbeda ini dapat menimbulkan efek perpaduan warna yang tidak dapat dicapai dengan teknik vektor (sebuah jenis gambar yang umumnya digunakan dalam proses sablon). Teknik perpaduan warna ini timbul karena adanya sebuah peristiwa yang disebut “Simultaneous Effect”. Michel Eugène Chevreul menjelaskan bahwa 2 warna atau lebih yang berdekatan dapat mempengaruhi satu dengan yang lain. Efek ini menimbulkan kesan bahwa kedua warna yang berdekatan ini menciptakan sebuah warna yang baru yang sebenarnya hanya ada di pikiran manusia [2]. Efek ini dimanfaatkan seniman pointilisme dalam dunia sablon untuk menghemat biaya produksi dengan cara  menciptakan “warna baru” tanpa harus menambahkan jenis tinta dengan warna baru.

Terdapat banya kemungkinan penggabungan warna yang dapat menggunakan teknik pointilisme dalam desain sablon. Penggabungan warna primer dengan warna hitam atau dapat menimbulkan kesan dimensi atau efek bayangan, penggabungan warna primer dengan putih dapat menimbulkan efek highlight, sedangkan penggabungan warna primer satu dengan warna lain dapat menimbulkan “warna baru”.

                Teknik sablon memiliki keterbatasan yaitu  teknik ini hanya dapat mengakomodasi cetak dengan jumlah warna yang terbatas. “Simultaneous Effect” yang ditimbulkan dari karya visual dengan aliran pointilisme dapat menjadi jalan keluar bagi para seniman dan desainer yang ingin agar karya mereka dapat memanfaatkan warna seminimal mungkin namun dapat menghasilkan efek warna yang beragam.

Source:

  1. Ruhrberg, Karl. 1998. “Seurat and the Neo-Impressionists”.Art of the 20th Century, Vol. 2. Benedikt Taschen Verlag: Koln
  2. Rossotti, Hazel. 1985. “Colour, Why the World Isn’t Grey”. Princeton University Press: Princeton, NJ,