Cognitive Dissonance Theory Part II
Teori Disonansi Kognitif memiliki beberapa asumsi dasar yang dapat membantu kita untuk lebih memahaminya, antara lain sebagai berikut:
- Manusia memiliki sifat dasar yang mementingkan stabilitas dan konsistensi terhadap keyakinan, sikap, serta perilaku. Contohnya seseorang yang terbiasa pergi ke kantor melewati jalan tertentu. Ketika jalan itu ditutup karena pohon tumbang, ia terpaksa melewati jalan lain yang mana itu di luar kebiasaannya sehingga membuatnya tidak nyaman.
- Disonansi, atau ketidakseimbangan itu terjadi karena adanya inkonsistensi pada psikologis seseorang. Manusia cenderung memiliki pemikiran yang berubah-ubah dan mudah terpengaruh oleh hal lain.
- Disonansi akan menimbulkan perasaan tidak suka atau tidak nyaman pada manusia.
- Terakhir, disonansi menyebabkan manusia berusaha untuk meraih kembali konsonansi atau keseimbangan dirinya. Caranya adalah dengan menghindari inkonsistensi dan berupaya mengembalikan situasi menjadi konsisten seperti semula.
Selain itu, Festinger juga menambahkan beberapa cara untuk mengurangi disonansi, yaitu dengan (1) mengurangi keyakinan yang berlawanan dengan pendapat kita saat ini, (2) menambahkan keyakinan baru yang sebetulnya berlawanan dengan keyakinan lama kita, (3) menghapus disonansi dengan cara lain seperti menggunakan sudut pandang yang berbeda dengan keyakinan lama atau keyakinan barunya.
Oleh:
Adhi Murti Citra Amalia H., S.Ant., M.Med.Kom.
Sumber:
West & Turner. (2009). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. Mc-Graw-Hill. New York.