Geopolitik digitalisasi merujuk pada bagaimana transformasi digital mempengaruhi hubungan internasional, kekuasaan ekonomi, dan struktur sosial-politik di seluruh dunia. Dalam konteks Indonesia, digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi, pendidikan, dan budaya. Namun, ada kekhawatiran bahwa peningkatan ini juga bisa menyebabkan “lengah budaya,” di mana aspek-aspek tertentu dari kebudayaan lokal mungkin terkikis atau tergantikan oleh pengaruh global yang disebarkan melalui teknologi digital. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dipertimbangkan dalam membahas geopolitik digitalisasi dan dampaknya terhadap kebudayaan di Indonesia: 

 

Dampak Positif Digitalisasi terhadap Budaya 

Promosi Budaya: Platform digital menyediakan saluran baru untuk mempromosikan dan membagikan kekayaan budaya Indonesia ke penonton global, membantu melestarikan dan mempopulerkan tradisi dan seni lokal. 

Akses Pendidikan dan Informasi: Teknologi digital memperluas akses ke sumber belajar tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia, memperkuat kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya. 

Inovasi Budaya: Interaksi antara budaya lokal dengan pengaruh global dapat mendorong inovasi dan kreasi baru dalam seni, musik, dan sastra, memperkaya kebudayaan Indonesia. 

 

Tantangan dan Risiko 

Dominasi Budaya Global: Kehadiran kuat konten budaya Barat dan global di platform digital dapat mengancam kedudukan budaya lokal, mendorong homogenisasi budaya yang mengurangi keberagaman budaya. 

Ketergantungan pada Platform Asing: Ketergantungan pada teknologi dan platform yang dikendalikan oleh perusahaan asing menimbulkan risiko terhadap kedaulatan data dan kemampuan untuk mengontrol narasi budaya sendiri. 

Digital Divide: Perbedaan akses terhadap teknologi digital antara wilayah urban dan rural di Indonesia dapat memperlebar kesenjangan budaya dan informasi, meninggalkan beberapa komunitas tanpa akses ke manfaat digitalisasi. 

Kehilangan Tradisi: Ketergantungan generasi muda pada media digital dan kurangnya interaksi langsung dengan praktik budaya tradisional dapat mengakibatkan pengetahuan dan nilai tradisional yang berkurang. 

 

Strategi Mengatasi Risiko 

Pemberdayaan Konten Lokal: Mendorong produksi dan distribusi konten digital yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, termasuk bahasa, sejarah, dan seni. 

Pendidikan dan Kesadaran Digital: Mengintegrasikan pendidikan digital dalam kurikulum sekolah untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya melestarikan budaya lokal dalam era digital. 

Regulasi dan Kebijakan: Mengembangkan kebijakan yang mendukung kedaulatan digital dan melindungi data pribadi, sekaligus mempromosikan keberagaman budaya. 

Infrastruktur dan Akses: Memperluas infrastruktur digital ke daerah terpencil untuk memastikan bahwa manfaat digitalisasi dapat dinikmati secara luas, mendukung pelestarian dan promosi budaya lokal. 

Dalam menghadapi geopolitik digitalisasi, penting bagi Indonesia untuk menavigasi tantangan ini dengan strategi yang memastikan teknologi mendukung pelestarian dan pengembangan kebudayaan, bukan sebaliknya. Melalui pendekatan yang seimbang, digitalisasi bisa menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat, bukan mengikis, kekayaan budaya Indonesia. 

 

Meningkatnya Lengah Budaya di Indonesia akibat Geopolitik Digitalisasi 

Lengah budaya ini melingkupi lengah budaya merdeka, lengah budaya berdaulat dan lengah budaya mandiri. 

Pernyataan tersebut menggambarkan kekhawatiran tentang dampak kemajuan teknologi terhadap budaya di Indonesia, khususnya terkait dengan ketiga aspek: merdeka, berdaulat, dan mandiri. Istilah “lengah budaya” di sini mengacu pada kecenderungan masyarakat yang menjadi kurang peka atau mungkin kehilangan aspek-aspek penting dari nilai dan identitas budaya mereka sebagai akibat dari pengaruh atau adopsi teknologi. Mari kita bahas masing-masing aspek tersebut: 

 

Lengah Budaya Merdeka 

Merdeka, yang berarti kebebasan, di sini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya dalam menghadapi globalisasi dan homogenisasi yang dibawa oleh teknologi. Lengah budaya merdeka bisa terjadi ketika masyarakat mulai mengadopsi gaya hidup dan nilai-nilai yang sangat dipengaruhi oleh budaya asing melalui teknologi, tanpa mengkritisi atau menyaring aspek-aspek yang mungkin tidak sesuai dengan nilai lokal mereka sendiri. 

 

Lengah Budaya Berdaulat 

Budaya berdaulat berkaitan dengan kemampuan sebuah bangsa untuk mengendalikan dan mengatur representasi dan ekspresi budayanya sendiri, termasuk dalam ruang digital. Dalam konteks teknologi, lengah budaya berdaulat bisa terjadi ketika konten budaya lokal dikendalikan, dimodifikasi, atau bahkan diredam oleh platform digital asing tanpa ada kontrol atau intervensi yang memadai dari pihak lokal. 

 

Lengah Budaya Mandiri 

Mandiri di sini menunjuk pada kemampuan untuk menghasilkan, memelihara, dan mengembangkan elemen-elemen budaya sendiri dengan sumber daya internal, tanpa terlalu bergantung pada pengaruh atau bantuan eksternal. Dalam era teknologi, lengah budaya mandiri bisa terjadi jika masyarakat lebih memilih solusi teknologi impor daripada mengembangkan solusi lokal yang mungkin lebih sesuai dengan konteks sosial dan budaya mereka. 

Kemajuan teknologi seharusnya menjadi alat yang memperkuat nilai budaya, merdeka, berdaulat, dan kemandirian, bukan sebaliknya. Untuk mengatasi lengah budaya, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menanamkan kesadaran dan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal, serta mengembangkan teknologi yang memperkuat identitas budaya nasional. Hal ini termasuk pendidikan budaya dalam kurikulum sekolah, penggunaan media untuk promosi budaya lokal, dan pengembangan platform digital lokal yang mendukung produksi dan distribusi konten budaya Indonesia. 


Penulis: Nisrin Husna