Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) dalam Konteks Public Relations (2)

Pada artikel sebelumnya telah dibahas terkait konsep analogi bawang dalam teori penetrasi sosial yang menjelaskan bahwa untuk melakukan penetrasi sosial dalam suatu relasi, perlu upaya untuk mengupas lapisan demi lapisan dari individu yang sedang kita kenali. 

Dalam analogi bawang tersebut dijelaskan juga terkait dimensi yang ada dalam proses penetrasi sosial. Dimensi yang pertama adalah breadth atau keluasan dan depth atau kedalaman. Dimensi breadth merujuk pada berapa banyak variasi topik yang didiskusikan dan juga waktu yang dihabiskan untuk berkomunikasi dengan yang lain terkait topik-topik tersebut. Sedangkan dimensi depth berkaitan dengan kedalaman suatu hubungan yang akan menggiring kedua individu dalam berinteraksi dan berdiskusi terkait topik tertentu. 

Sebagai contoh, ketika dua individu baru saling mengenal atau pada tahap awal berinteraksi, topik yang dibahas akan terbatas dan kemungkinan akan sangat general atau umum, karena hanya fokus untuk saling mengenal. Selain itu, waktu pembicaraan terkait topik tersebut tidak akan berlangsung lama. Lain ketika kedua individu sudah saling kenal dan merasa cocok satu sama lain, topik percakapan akan bertambah misalnya ke hal-hal yang sifatnya membicarakan kegemaran atas hal atau aktivitas tertentu, bahkan membahas topik yang sangat personal seiring dengan berkembangnya hubungan tersebut, misalnya saling curhat terkait pasangan dan keluarga, dan meminta nasihat terkait masalah pribadi yang sedang dihadapi. Terkait dengan waktu, kedua individu tersebut dapat menghabiskan waktu lebih lama dan lebih sering untuk bercengkrama ketika hubungan sudah berada pada tahap yang intim atau dekat. 

Semakin erat hubungan antar individu, maka level keluasan dan kedalaman sebagai dimensi tadi akan semakin besar karena semakin banyak juga topik yang dapat dibahas bersama, serta semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama. Sebaliknya, jika hubungan masih ada pada tahap awal, maka tingkat keluasan topik dan kedalaman pembicaraan juga akan lebih rendah.

Penulis:
Anindya Widita