Problem Mahasiswa Selama Kuliah Online di Masa Pandemi (1)

Pandemi Covid-19 membuat aktivitas komunikasi dan interaksi masyarakat mengalami perubahan. Pembatasan mobilitas secara masif dilakukan pada awal virus ini menyebar di tahun 2020. Negara-negara di Eropa, Asia, hingga Asia Pasifik menerapkan kebijakan lockdown dengan menutup pintu masuk bagi orang dari luar negara tersebut untuk masuk. Penggunaan masker dan pengaturan jarak dalam ruang juga diterapkan di banyak negara, restoran dan rumah makan tidak diperkenankan untuk melayani makan di tempat. Semua ini dilakukan sebagai Tindakan preventif dalam pencegahan penyebaran Covid-19.

Industri memangkas sebagian besar buruhnya, perkantoran harus merumahkan karyawan yang dianggap menempati posisi tidak strategis, sistem kerja yang dirubah dari bekerja di kantor menjadi bekerja di rumah. Pengangguran meningkat, kebutuhan langka sebab masyarakat mengalami panic buying atau kepanikan dalam menghadapi situasi krisis yang berujung pada belanja barang untuk ditimbun sebagai persediaan. Inilah yang kemudian menyebabkan stok langka dan harga jadi mahal. Namun ditengah ketidakpastian situasi pandemi, sektor pendidikan yang juga terkena imbas harus tetap berjalan meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah mudah.

Institusi pendidikan juga terkena imbas dari pandemi ini, mengikuti kebijakan pemerintah untuk belajar dari rumah. Maka, sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga universitas memberlakukan kegiatan belajar mengajar secara online. Kegiatan belajar mengajar secara online membawa tantangan bagi pendidik maupun siswa karena tidak semua pendidik siap dengan perubahan cara mengajar. Terlebih perubahan ini menuntut adaptasi dalam penggunaan teknologi juga. Kemudian bagi orang tua khususnya yang anaknya masih taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama juga kebingungan karena harus menjadi “guru” bagi anaknya di rumah selama pandemic. Mengingat tatap muka secara online tidak dilakukan setiap hari.

Lalu, bagi mahasiswa yang sudah menduduki jenjang pendidikan yang lebih tinggi tentunya juga mengalami kendala dalam memahami materi perkuliahan. Aktivitas mahasiswa sudah jauh lebih praktikal dan lebih mandiri. Sehingga butuh ruang untuk banyak melakukan diskusi dengan dosen, sesama rekan mahasiswa, maupun organisasi di luar kampus. Secara teknologi mungkin tidak mengalami kendala berarti, namun dalam hal interaksi dan komunikasi mahasiswa tentunya butuh penyesuaian. Tak jarang mahasiswa jadi kehilangan motivasi dalam belajar karena belajar dari rumah yang dianggap lebih membosankan dan kurang bisa mengakomodir kebutuhan mahasiswa dalam mendapatkan informasi perkuliahan.

Yanuarita Kusuma