Gen Z yang Gengsi

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, hal itu membuat informasi juga hiburan mudah untuk diakses. Penggunaan teknologi bukan lagi bisa digunakan oleh satu kalangan saja namun semua kalangan pun bisa menggunakan kecanggihan teknologi saat ini. Namun, tidak menutup fakta bahwa teknologi saat ini banyak didominasi penggunaannya oleh Generasi Z.

Generasi Z atau banyak dikenal dengan sebutan “digital native” bahkan juga disebut sebagai “pengabdi teknologi” disebut demikian karena generasi z telah membaur dengan teknologi yang ada saat ini. Mereka terbiasa dengan kemudahan, kenyamanan, dan kecepatan yang diberikan oleh teknologi dalam memenuhi kebutuhan sosial hidupnya. Namun, fenomena ini juga membawa dampak negatif pada gaya hidup generasi Z. Salah satu dampak negatif nya  adalah terikat gengsi dalam gaya hidup kesehariannya.

Gengsi merupakan suatu ambisi untuk menunjukkan kekayaan atau status sosial dengan cara-cara tertentu. Banyak dari generasi Z yang merasa perlu untuk menunjukkan hal mewah dan keren dalam hidup mereka, melalui penggunaan gadget, baju bermerek, gaya hidup trendy atau bahkan destinasi liburan yang mahal, dan hal itu semua terpaksa di ada-adakan agar bisa dipamerkan ke media sosial maupun di lingkungan nyata. Mirisnya banyak dari generasi Z yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, salah satunya dengan pinjaman online. Hal ini tentu saja juga dampak tekanan pada aktivitas sehari-hari mereka, seperti kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi, karena setiap keputusan yang diambil harus berusaha memenuhi ekspektasi orang dan selalu mempertimbangkan persepsi orang lain.

Teori determinisme teknologi menjelaskan bahwa teknologi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi secara langsung perilaku pengguna nya. Dalam hal ini, perilaku gaya hidup generasi Z dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan untuk mengekspresikannya. Penampilan di media sosial, seperti Instagram atau TikTok, dapat menentukan tingkat popularitas seseorang. Hal ini membuat generasi Z seringkali merasa perlu untuk mengikuti tren yang sedang populer di platform media sosial dan berusaha untuk memenuhi segala hal yang dianggap keren.

Dampak dari terlilitnya gengsi dalam gaya hidup generasi Z pada aspek edukasi juga dapat dilihat. Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk belajar online atau bahkan membayar jasa tutor pribadi, hanya untuk mendapatkan nilai yang terbaik dan meningkatkan citra diri di mata orang lain. Hal ini tentu saja menjadi beban finansial bagi keluarga. Selain itu, kecenderungan untuk mengejar kesenangan instant yang diinginkan menyebabkan kurangnya motivasi untuk belajar dan meraih prestasi akademik yang sebenarnya. Banyak dari generasi z juga ingin terlihat aktif di media sosial dan tetap memiliki nilai bagus namun dengan cara yang salah.

Untuk menghindari dampak negatif dari terlilitnya gengsi dalam gaya hidup generasi Z, perlu ada pembatasan dan manajemen waktu dalam penggunaan teknologi. Orang tua atau pendidik harus memastikan bahwa aktivitas sehari-hari anak-anak mereka tidak terganggu oleh faktor eksternal seperti penggunaan gadget atau bahkan flexing. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan etika dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi sehingga generasi Z dapat menggunakan platform media sosial dengan bijak dan tidak menganggapnya sebagai satu-satunya wadah untuk mengekspresikan diri.

Di era teknologi yang semakin maju, teori determinisme teknologi memiliki peranan penting dalam memahami dinamika hubungan antara manusia dan teknologi. Gaya hidup generasi Z yang terlilit gengsi menjadi suatu contoh bagaimana teknologi dapat mempengaruhi perilaku pengguna nya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar dan memahami teori ini agar dapat mengambil pembelajaran yang bijak dalam menggunakan teknologi dan meminimalkan dampak negatifnya pada gaya hidup manusia.

Photo by Yoav Aziz on Unsplash
Christina Margaretha Snae