Polowijen, Kampung Budaya yang terkenal hingga ke 40 Negara

Siapa yang tidak mengetahui kampung budaya Polowijen? Kampung budaya yang membentuk keberagaman ini menghasilkan nilai dan makna dalam setiap pembelajarannya.  Sebagai salah satu cagar budaya yang berada di kota Malang, Polowijen merupakan kampung tematik yang sangat terkenal di kalangan warga Malang. Kampung yang berawal dari kampung tidak layak huni, ternyata dapat di sulap menjadi kampung budaya yang penuh dengan kesenian yang menarik.

Kampung Polowijen telah diresmikan oleh Walikota Malang sejak tanggal 2 April 2017, sehari setelah ulang tahun kota Malang. Ki Demang selaku penggagas kampung Polowijen turut menghadirkan 100 penari topeng dan 60 pembatik sebagai bentuk peresmian Kampung Polowijen. Sebagai salah satu kampung budaya, Polowijen tentunya memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu ciri khas yang berada di kampung Polowijen ini adalah situs Ken Dedes yang sangat terkenal dan tentunya menjadi sebuah icon. Situs Ken Dedes tersebut dipercaya menjadi jejak keberadaan Ken Dedes yang hidup dan dibesarkan di kampung tersebut.

Namun, bukan hanya situs Ken Dedes yang menjadi ciri khas kampung Polowijen, sebagai salah satu penyelenggara event teraktif di kota Malang, kampung Polowijen tentunya memiliki beragam kesenian yang dikembankan seperti seni membatik, topeng, hingga Wayang.

Seni membatik menjadi salah satu kesenian yang dilestarikan di kampung Polowijen dan menjadi seni yang dipopulerkan ke berbagai kalangan sebagai bentuk pelestarian batik ciri khas kota Malang. Kesenian membatik diperkenalkan melalui proses membatik yang diajarkan dalam setiap teknik pembuatannya, seperti membentuk pola hingga mencanting sebagai penentu hasil akhir kerajinan membatik.

Selain itu, ada pula seni topeng yang dibuat oleh pengrajin topeng kampung Polowijen yang memiliki lebih dari 70 karakter topeng. Pembuatan topeng ini memiliki ciri khas tertentu yang mengandung makna dan kesulitannya masing-masing karena memiliki ukiran, bentuk, warna, serta bahan yang berbeda di setiap topeng yang ada.

Kerajinan lainnya yang dapat kita temui adalah kerajinan wayang yang terbuat dari karton. “Pembuatan wayang dari karton menjadi bentuk kegiatan seni rupa dan literasi mengenai sejarah mengenai wayang” ucap Ki Demang. Walaupun berbahan dasar karton, namun pembuatan wayang yang dilakukan masyarakat ini memiliki bentuk seni yang baik dan terlihat seperti wayang asli.

Eksistensi kampung Polowijen juga sudah banyak diketahui. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengunjung yang datang untuk belajar mengenai literasi budaya. “Perkiraan total pengunjung yang datang ke kampung Polowijen mencapai hingga 50 orang. Wisatawan tersebut kisaran mahasiswa hingga turis asing yang berasal dari 40 negara.” kata Ki Demang dalam sesi wawancara mengenai kunjungan wisatawan asing di kampung Polowijen.

Banyak negara lain yang berpandangan bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang tidak beraturan dan negara yang tertinggal. Padatnya penduduk dan pemukiman yang memenuhi Indonesia dinilai mengurangi nilai estetika dari negara itu sendiri. Namun, antusiasme yang ditunjukan oleh wisatawan asing yang datang mematahkan pandangan atau stereotip mengenai Indonesia. Kita dapat melihat bahwa kampung Polowijen yang dahulu merupakan perkampungan kumuh ternyata dapat diubah menjadi sesuatu yang mempunyai daya tarik budaya di mata dunia.

Ki Demang menjelaskan bahwa minat tersebut terbentuk dari keunikan seperti event yang selalu diadakan pada setiap periodenya. Tentunya hal ini menjadikan kesenian dan kerajinan kampung Polowijen memiliki perkembangan signifikan yang mampu mendorong budaya kota Malang semakin mendunia.

 

Foto oleh: Nola Agita Putri

Nola Agita Putri