Bagaimana Memulai Penelitian Kualitatif di Media Sosial?

Media sosial adalah tambang data yang tak ada habisnya untuk penelitian, terutama dalam pendekatan kualitatif. Tapi, bagaimana sebenarnya memulai penelitian di ranah digital ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa belajar dari penelitian Bouvier dan Rasmussen (2022) yang mengeksplorasi penggunaan hashtag #MeToo dalam mengungkap pengalaman pelecehan seksual di seluruh dunia. Penelitian ini menjadi contoh bagaimana merancang penelitian kualitatif di media sosial dengan pendekatan yang terstruktur.
Langkah pertama adalah menentukan pertanyaan penelitian yang spesifik. Dalam studi #MeToo, Peneliti sekaligus penulis buku Qualitative Research Using Social Media, Bouvier dan Rasmussen memiliki Pertanyaan Penelitian: “Bagaimana hashtag #MeToo menciptakan ruang naratif untuk berbagi pengalaman dan membangun solidaritas?” Pertanyaan ini membantu peneliti fokus pada satu aspek penting dari fenomena yang ingin diteliti, yaitu narasi yang terbentuk melalui media sosial. Pastikan pertanyaan Anda cukup jelas namun terbuka untuk eksplorasi lebih lanjut.
Langkah berikutnya adalah memilih data yang relevan. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan ribuan unggahan Twitter yang menggunakan hashtag #MeToo. Data dikumpulkan melalui perangkat lunak scraping untuk memastikan jumlah yang memadai. Hal ini penting karena penelitian kualitatif membutuhkan data yang cukup besar untuk menemukan pola, namun tetap memungkinkan untuk dianalisis secara mendalam. Setelah data terkumpul, peneliti perlu membuat kerangka analisis. Bouvier dan Rasmussen menggunakan pendekatan analisis wacana kritis untuk mengungkap bagaimana pengguna media sosial menarasikan pengalaman mereka. Teknik ini memungkinkan peneliti memahami makna mendalam dari teks yang diunggah, termasuk pola bahasa, konteks budaya, dan hubungan kekuasaan yang muncul. Pendekatan ini relevan jika Anda ingin mengeksplorasi bagaimana komunikasi di media sosial memengaruhi opini publik.
Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data dengan cermat. Dalam studi #MeToo, peneliti menemukan bahwa narasi yang muncul di media sosial sangat beragam, mulai dari cerita individu hingga seruan untuk perubahan sistemik. Temuan ini menunjukkan bahwa hashtag tidak hanya menjadi ruang berbagi pengalaman, tetapi juga alat advokasi yang efektif. Analisis yang teliti akan membantu Anda menemukan pola unik yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama.
Salah satu tantangan utama dalam penelitian ini adalah memastikan etika penelitian. Media sosial memang sering dianggap sebagai ruang publik, tetapi privasi pengguna tetap harus dihormati. Dalam studi #MeToo, peneliti hanya menggunakan data yang bersifat publik dan tidak mengungkapkan identitas pengguna. Ini adalah langkah penting untuk memastikan penelitian Anda tetap menghormati hak-hak individu.
Penelitian kualitatif di media sosial membutuhkan perencanaan yang matang, mulai dari formulasi pertanyaan, pengumpulan data, hingga analisis. Studi #MeToo oleh Bouvier dan Rasmussen menunjukkan bahwa media sosial bukan hanya sumber data yang kaya, tetapi juga arena yang menawarkan wawasan mendalam tentang masyarakat modern. Dengan pendekatan yang tepat, penelitian Anda juga bisa mengungkap cerita yang sama kuatnya.