Helena Rea: Being Critical is the key di jaman Now
“Mau visual, mau art, mau grafis, basisnya adalah menulis…”
Begitulah Helena menjawab dengan antusias pertanyaan mahasiswa dari Binus pada sesi webinar Communication Science bertajuk Storytelling: Craft Your Imagination pada hari Rabu, 4 Maret 2024. Helena E. Rea adalah jurnalis dari BBC Media Action yang fokus pada isu-isu kemanusiaan. Materi dibawakan dengan antusias, santai, seru dengan diskusi hangat mengenai menulis sampai kajian filsafat, mulai dari Imanuel Kant sampai Hegel. Helena menyarankan untuk melakukan storytelling, lakukan metode “Dear Mom”. Selayaknya curhat kepada Ibu, menulis pasti akan lebih lancar jika ada triggernya. Dengan memulainya, orang lain akan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bahkan menulis untuk UN pun harus ada metode storytellingnya. “They don’t read the numbers only, they read story…” ujar Helena, menceritakan pengalamannya menulis laporan mendalam kepada UN terkait satu isu SGDs. Salah satu cara storytelling yang menarik adalah menggunakan Lead dan Kickers. Leads itu diumpakan sebagai sebuah Pintu dan Kickers adalah isi ruangan dibalik pintu, sehingga orang awam bisa betah berada di dalam tulisan kita. Untuk itu, menurut Helena, menulis yang baik itu adalah menulis apa yang kamu ketahui, kamu rasakan, kamu lihat tanpa judgement. Latihan yang baik adalah latihan menulis setiap hari. Untuk memulai menulis, bisa dimulai dengan cara mendengar. Helena dulunya suka mendengar cerita, karena itulah habit belajar masyarakat Indonesia, sedangkan membaca adalah habit belajar orang eropa. Dengan mengasah kemampuan mendengar, akan terbangun kemampuan membaca, lalu akan terbangun karakter menulis.
“Being Critical is the key…” Dengan menulis, kita menuangkan memori kita yang akan dibaca oleh orang lain. Hal ini tidak dimiliki oleh teknologi AI, seperti chatGPT. Dampak teknologi AI di industri media memunculkan persoalan copyright. Helena menyebutkan bahwa chatGPT hanya melakukan pantomim. Dia hanya bisa melakukan itu dalam kondisi in silent. Yang tidak bisa digantikan adalah human connection, yang terkait dengan emotion. Karakter yang dihasilkan oleh AI biasanya kering, karena tidak ada human connection. Teknologi AI tidak akan bisa menyampaikan story telling yang khas. Bukan berarti AI dihindari, namun lebih kearah hidup berdampingan.
Terkait dengan etika, Helena menyatakan bahwa penting untuk mahasiswa memiliki sifat kritis. Oleh karena itu kajian filsafat menjadi sangat penting untuk menggugah kesadaran kritis mahasiswa. Imanuel Kant menggunakan subjek dan objek untuk membangkitkan sifat kritis manusia. Hegelian menggunakan perubahan konsep awal dari I menjadi We, yang merujuk pada kebebasan kolektif. Ruang subjektif dan public sphere, ruang diskusi, social media), sampai pada ruang interpersonal bisa dijadikan sebagai sarana untuk menggugah kesadaran kritis. Harus ada ruang eksplorasi untuk membangun kesadaran kritis, membangkitkan hirarki memori dengan cara bertanya.
Helena mengakhiri sesi ini dengan memberi 3 pertanyaan dan jawaban dari 3 pertanyaan tadi adalah kesimpulan hari ini, yaitu Membaca, Mengingat dan Menulis.