Peran Media Massa Dalam Politik Identitas Pilpres 2024

Menjelang Pemilu 2024, kondisi politik di Indonesia semakin memanas dan mendekati momen krusial dalam sistem demokrasi di Indonesia. Peran media massa dalam politik identitas menjadi semakin penting. Media massa dapat berfungsi sebagai platform untuk dialog konstruktif tentang isu-isu identitas yang sensitif, memperluas perspektif dan mempromosikan toleransi dan inklusi. Namun, media massa juga harus berhati-hati dalam memberitakan isu identitas untuk menghindari konflik dan perpecahan yang dapat memecah belah masyarakat.

Dalam pelaksanaan Pemilu yang demokratis media massa mempunyai peranan yang sangat penting. Terutama dalam menyebarkan informasi terkait  politik identitas pada masing-masing kandidat untuk menghadapi Pemilu 2024. Pengaruh yang sedang terjadi saat ini yaitu menentukan agenda public. Media massa dapat menentukan agenda publik dan mempengaruhi opini publik terhadap kepentingan-kepentingan tertentu yang mendominasi pemerintah dan elit politik. Pada Pemilu 2019 kuatnya politik identitas anti-establishment yang membawa konsep populisme membawa dampak yang besar bagi kedaulatan di Indonesia. Uniknya, politik identitas anti-establishment dikaitkan dengan identitas agama yang menunjukkan bahwa pemerintah memarginalkan kelompok muslim. Misalnya Gerakan “2019 Ganti Presiden”, “partai setan vs partai Allah”, people power, tidak percaya kepada lembaga-lembaga mapan (KPU dan MK) maupun lembaga independen (quick count, dll).

Pengaruh media massa terhadap politik identitas di Indonesia sangat kuat dalam menghadapi Pemilu 2024 mendatang. Banyak sekali isu yang sedang terjadi seolah-olah di framing oleh media massa agar masyarakat mendukung calon kandidat Pemilu 2024. Salah satunya yaitu ramainya perbincangan calon kandidat tiap partai yang akan maju mewakili untuk Pemilu Capres dan Cawapres 2024 mendatang. Isu koalisi yang berbeda-beda di tiap media membuktikan bahwa media massa memiliki pengaruh yang kuat dalam politik identitas. Dikutip dari Kompas.tv, Penanggung Jawab Musyawarah Rakyat (Musra) Budi Arie mengatakan tiga nama Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024. Ketiga Capres tersebut adalah Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto. Tiga nama ini sudah disampaikan beberapa waktu lalu di Semarang, dalam Musra XVII Jateng, Sabtu (4/5/2023). Sedangkan, media berita lain menyatakan hal yang berbeda seperti yang dikutip dari cnbcindonesia menyatakan bahwa beberapa Lembaga survey Saiful Mujani Research and Consulting, Populi Center, dan Fixpoll Research and Strategic Consulting telah merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024. Ketiga calon tersebut yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan. Hasil analisis menunjukan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 35,9%, unggul atas bacapres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto yang memperoleh 32,8% dan bacapres yang diusung Koalisi Perubahan Untuk Persatuan Anies Baswedan yang mendapatkan 20,1%.

Melirik Pemilu 2019 pengaruh media massa dalam politik identitas lekat dirasakan. Isu seperti terbentuknya dua golongan ‘Cebong” dan ‘Kadrun’ merepresentasikan sisa pertikaian yang terjadi pada Pemilu 2019. Berdasarkan hasil pengamatan analysis netray.id jelang tahun politik 2024 ditemukan 4.8 ribu tweet warganet dan lebih dari 1,5 ribu artikel pemberitaan terkait isu polarisasi. Polarisasi politik berhubungan erat dengan identitas politik karena polarisasi ada karena media massa melakukan agenda setting dan mengarahkan opini public sesuai dengan kepentingan media ataupun khalayak.

Pemberitaan yang tidak seimbang atau memihak kepada salah satu kandidat atau kelompok dapat mempengaruhi pembentukan opini publik dan politik identitas. Media sosial dapat mempengaruhi pembentukan politik identitas pada generasi milenial dan pelaksanaan Pemilu. Kondisi ini menjadi tantangan bagi seluruh pelaksana Pemilu, agar melaksanakan berbagai tindakan sistematis, sehingga pelaksanaan Pemilu dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan konflik.

Media massa menentukan agenda publik dan peran media adalah mendorong dukungan publik terhadap kepentingan-kepentingan tertentu yang mendominasi pemerintah dan politik identitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperkuat regulasi media massa dan media sosial agar tidak menimbulkan konflik dan mempromosikan media yang independen dan inklusif.

References
 Ardipandanto, A. (2020). Dampak Politik Identitas Pada Pilpres 2019: Perspektif Populisme [The Impact of Identity Politics On President Election 2019: Populism Perspective]. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Internasional, 11(1), 43–63. https://doi.org/10.22212/jp.v11i1.1582
Maria, L., & Mahendra, D. (2020). Buku Pintar Pemilu dan Demokrasi (Vol. 10). https://jdih.kpu.go.id/data/data_artikel/Buku Pintar Pemilu dan Demokrasi.pdf
Prasetia, A. R. (2019). Pengaruh Politik Identitas Melalui Media Sosial Terhadap Generasi Milenial Dan Pelaksanaan Pemilu. Conference on Communication and New Media Studies, 21–33.
Yuniati, & Yenni. (n.d.). 154797-ID-pengaruh-berita-di-surat-kabar-terhadap.pdf.
 CNBC Indonesia. 3 Survei Terbaru Capres 2024: Ganjar Vs Prabowo Vs Anies. Di akses  pada 3 Juni 2023 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20230601204244-4-442468/3-survei-terbaru-capres-2024-ganjar-vs-prabowo-vs-anies
CNN Indonesia. PPP Resmi Koalisi dengan PDIP Dukung Ganjar Capres di Pilpres 2024. Di akses pada 1 Juni 2023 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230430181636-617-943743/ppp-resmi-koalisi-dengan-pdip-dukung-ganjar-capres-di-pilpres-2024
Lubabah, Ghiffari. 5 Faktor bikin politik identitas ‘subur’ di Indonesia. Di akses pada 31 Mei 2023 dari https://www.merdeka.com/politik/5-faktor-bikin-politik-identitas-subur-di-indonesia.html

 

Muh Ari Kurniawan