Lapisan Kedekatan dalam Interaksi di Media Sosial

Perkembangan teknologi yang begitu pesat membawa begitu banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, seperti penggabungan teknologi serta platform yang berhasil mengubah elemen informasi dari konvensional menjadi bentuk digital, membuat terciptanya berbagai jenis sosial media dikalangan masyarakat. Hal tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perilaku dalam kehidupan sosial masyarakat. Banyak orang yang kini menjadi lebih disibukkan dengan aktivitasnya yang berpindah ke dalam dunia maya, yang menyebabkan ketika seseorang berinteraksi, mereka cenderung hanya akan lebih fokus pada aktivitas bermain handphone masing-masing daripada saling berinteraksi. Kini hal tersebut menjadi dampak yang membuat masyarakat memiliki sikap individualis yang cukup tinggi.

Sikap individualis yang muncul akibat dari adanya perkembangan teknologi ini seringkali muncul hanya di dunia nyata. Berbeda saat di dunia maya, mereka justru lebih aktif berkomunikasi dengan sesamanya melalui media sosial dan lebih membuka diri daripada di dunia nyata. Dan tentu saja, mereka lebih aktif bercerita dan menunjukkan segala kesukaannya di media sosial daripada dengan orang-orang terdekat.

Alasan mereka untuk lebih terbuka di dunia maya dan mengenal banyak orang disana karena ingin menujukkan bahwa mereka ingin diperhatikan dan mendapatkan sebuah pujian. Dalam teori penetrasi sosial, orang saling mengenal dianalogikan dengan lapisan kulit bawang. Ada enam lapisan yang dianalogikan sebagai kedekatan awal untuk memulai hubungan lebih intim.

Lapisan pertama atau yang paling luar adalah lapisan umum untuk dikenal seperti nama, gender dan umur. Lapisan kedua adalah mengenai kesukaan seperti hobi, makanan favorit, dan lain-lain. Lapisan ketiga adalah mengetahui visi misi dan sumber inspirasi. Lapisan keempat mengetahui tingkat religiusnya. Lapisan kelima mengetahui ketakutannya dan lapisan terakhir mengetahui konsep diri.

Untuk menjadi dekat di dunia nyata biasanya mereka harus berkenalan lebih lama untuk mengetahui itu semua, akan tetapi saat ini tidak perlu lagi berkenalan yang cukup lama untuk menjadi dekat. Adanya sosial media orang bisa mengetahui enam lapisan itu semua dalam sekali waktu karena orang di zaman ini sangat terbuka di media sosial sehingga tidak sulit mengetahui seluk beluk seseorang. Maka dari itu adanya sosial media ini sangat membuat masyarakat lupa akan dunia nyatanya dan lebih terasa hidup di sosial media. Mereka lebih senang berinteraksi di dunia maya dan membuka diri disana karena berlomba-lomba untuk mendapatkan atensi publik bahwa dirinya ini ada. Hal yang menyebabkan itu karena mayoritas dari mereka merasa tidak dianggap di dunia nyata dan merasa tidak memiliki teman.

Dengan demikian interaksi interpersonal saat ini dipengaruhi oleh adanya budaya baru, masyarakat sekarang yang lebih gemar bermain media sosial dan selalu mengupdate segala aktivitasnya disana. Sehingga, jika ingin mengenal orang lebih banyak dan berinteraksi bersama, hanya perlu untuk update selalu tentang sosial media yang dimiliki karena sosial media mempresentasikan diri sendiri, bagaimana mereka memperlihatkan keadaan mereka di sana apakah sedang sedih, senang, atau marah. Oleh karena mempresentasikan diri itu, akhirnya membuat mereka mendapatkan banyak atensi publik dengan mendapatkan banyak komentar dari publik yang sebelumnya belum pernah bertemu, tetapi sudah merasa dekat dan merasa mengenal enam lapisan diri masing-masing dari media sosial. Dari situlah orang merasa diperhatikan di dunia maya ketimbang di dunia nyata karena respon yang cepat.

Photo by Creative Christians on Unsplash
Fannia Yulia Rahmah