Sulitnya Membangun Citra Suatu Persona Kepada Publik Di Bidang Politik

Komunikasi merupakan media yang sangat krusial bagi seseorang untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Dengan komunikasi seseorang dapat membangun citra sesuai yang diinginkan. Prihadi menyatakan bahwa Citra diri merupakan penggambaran tentang kondisi diri yang merupakan hasil akumulasi gambaran yang kita ciptakan dan telah terpatri dalam otak bawah sadar kita . Maksudnya adalah citra dapat kita manipulasi sesuai dengan intensi kita, tanpa harus memvalidasi bahwa citra tersebut merupakan hal yang benar atau tidak. Dalam era informasi digital, seseorang dapat lebih mudah membangun citra yang diinginkan tanpa terlibat secara langsung. Dikarenakan pembentukan citra diri dalam konteks komunikasi tidak lagi terbatas pada interaksi langsung tatap muka, melainkan juga melibatkan interaksi daring yang terjadi di dunia maya.

Terlebih di dunia politik yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian masyarakat luas. Seorang politisi dianggap harus memiliki citra yang baik bagi masyakarat karena dapat menjadi figur untuk diteladani. Dengan begitu, seseorang yang memiliki citra yang buruk sukar untuk mendapat perhatian masyarakat. Di lapangan, para politisi berusaha keras untuk membentuk citra yang baik walaupun nyatanya banyak yang gagal. Jika seorang politisi memiliki rekam jejak buruk, maka itu akan terus melekat pada dirinya. Akibatnya masyarakat hanya mengingat hal yang buruk tanpa melihat segudang kebaikan. Dalam artikel ini akan membahas tentang sulitnya membangun citra seorang, terutama dalam bidang politik.

Hubungan antara reputasi, citra, dan kinerja seorang polisi dapat menjadi pertimbagan masyarakat jika mengandalkan rasionalitas dalam memilih pemimpin yang tepat. Tanpa adanya kinerja yang cukup dalam menjalani tugas yang sudah diemban dan hanya didukung dengan citra politisi yang baik setidaknya dapat membangun persepsi masyarakat bahwa seorang tersebut memiliki kemampuan untuk mewujudkan janjinya selama kampanye. Esensinnya adalah masyarakat memiliki informasi, karena tanpa dukungan informasi yang valid dan konsisten dari media, tidak akan ada yang mengenal seorang politisi. Seperti salah satu politisi, yaitu Aldi Taher yang baru-baru ini melakukan interview dapat menjadi contoh bahwa seseorang akan melakukan apa saja asalkan dapat memenuhi apa yang diinginkan. Aldi Taher menggunakan persona yang sudah dibentuk olehnya sebelum ia mencalonkan dirinya sebagai calon legislatif. Dengan begitu citra Aldi Taher sudah melekat pada dirinya walaupun ia ingin merubah sekalipun. Ditambah lagi, masyarakat tidak bisa menilai kinerja Aldi Taher, karena ia tidak pernah berada pada kursi politik. Sehingga citra, tutur kata, dan visi seorang Aldi Taher sangat dinilai oleh masyarakat.

Kemampuan dalam mengolah sebuah narasi di media massa sebagai upaya untuk membentuk stimulus dalam membentuk persepsi publik memudahkan dalam pembentukan citra di hadapan publik. Terlihat dalam pembuatan citra oleh Aldi Taher membuat seakan-akan ia terlihat baik dan akan mendapatkan simpati dari publik. Tingkah yang lucu dan blak-blakan akan berdampak pada citra Aldi Taher yang menargetkan generasi muda. Dikarenakan generasi muda dianggap lebih santai dan apa adanya. Setelah adanya interview tersebut, sudah semestinya mendapatkan respon. Sesuai dengan teori Behaviorisme oleh John Broadus Watson yang berisi bahwa sebuah tindakan sudah semestinya memiliki respon. Beragam respon yang didapatkan dari masyarakat, mulai dari positif hingga negatif. Seseorang yang bermain di dunia media massa sudah semestinya memiliki track record yang jelas.

Media sosial memiliki peran yang penting dalam membentuk citra seseorang di sisi masyarakat. Citra yang positif akan mendapat suatu respon yang positif, begitu pula sebalilknya. Hal yang krusial pada dunia politik adalah strereotip yang terbentuk berdasarkan persona seseorang. Gemparnya pencalonan Aldi Taher sebagai caleg membuat publik merasa peristiwa tersebut merupakan hal yang main-main dan akan berlalu. Terlihat dalam ketidakseriusan dari seorang Aldi Taher yang menjawab beberapa pertanyaan. Citra yang dibentuk oleh Aldi Taher pada akhirnya hit or miss dan tidak bersifat universal.

Referensi
Syarbaini, S., Nur, S. M., & Anom, E. (2021). Teori, Media dan Strategi Komunikasi Politik. Jakarta: Esa Unggul.
Latuperissa, A. A. A. (2022). Pendekatan Public Relations Politik di Media Sosial dalam Pembentukan Citra Politik. Jurnal Public Relations (J-PR)3(1), 9-17.
Prihadhi, E. K. (2009). Breaking Your Mental Block. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nasution, Z., & IP, S. (1990). Komunikasi Politik. Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Athief Khavier Putradi