Memahami Filosofi Hermeneutika

Dalam pandangan filsafat, secara sadar atau tidak, manusia selalu melahirkan pertanyaan-pertanyaan untuk menemukan kebenaran. Oleh karena itu manusia juga tidak terlepas aktifitas menafsirkan atau menginterpretasi.

Apa yang dimaknai manusia? Tidak lain adalah kehidupan berikut tanda dan symbol didalamnya. Maka jika dikaitkan dengan filsafat, aktifitas mental manusia yang selalu menafsirkan atau menginterpretasi ini disebut sebagai hermeneutika.

Hermeneutika dalam dunia filsafat, bukan dianggap atau diposisikan sebagai sebuah tradisi berpikir mandiri, namun lebih dikenal sebagai konstruksi epistimologi yang sanggup melontarkan reaksi dan koreksi atas berbagai pemikiran yang ada.

Para ahli memiliki pemahaman dan pendekatan yang berbeda Ketika berbicara hermeneutika. Paul Richouer misal, memahami hermeneutika sebagai aktivitas pemahaman manusia yang berhubungan dengan interpretasi teks. Sedangkan Gadamer menggunakan konsep prasangka dalam proses penafsiran teks di mana lingkaran hermeneutik beroperasi.

Hal ini dikarenakan ketika kita membaca sebuah teks, sejatinya kita itu memproyeksikan makna ke dalam serpihan-serpihan, yang pada gilirannya akan menjadi sebuah kesatuan makna yang utuh. Ada konsekuensi dari konsep prasangka ini, yaitu kita tunduk pada analisis kritis yang memungkinkan teks mengungkapkan kebenarannya serta tidak akan pernah ada penghapusan total prasangka yang memungkinkan makna ‘murni’ muncul.

Gadamer secara kritis mengkaji perspektif Heideggerian. Hermeneutika tak lain adalah disiplin ilmu klasik yang berkaitan dengan pemahaman tekstual. Dalam konsep hermeneutika Gadamer, penafsir (manusia yang membaca teks) akan lebih memahami teks yang disajikan dengan cara menghubungkannya dengan konteks sejarahnya. Cara ini menimbulkan anggapan bahwa menafsirkan teks tidak hanya berarti sebagai aktifitas reproduksi makna, namun juga sebagai penghasil makna di luar makna teks.

Di dalam sebuah teks terdapat konteks. Oleh karena itu, teks akan memiliki keberagaman makna, tergantung dari konteks yang ingin dihadirkan oleh penafsir atau pembaca. Maka, kita harus memahami cakrawala sejarah untuk memahami secara tekstual dan kontekstual untuk membangun makna secara utuh.

Referensi
Hendra Kaprisma , 2011. Cakrawala Historis Pemahaman: Wacana Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Literasi : Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora
Hayatuddiniyah. 2021. Kritik Hermeneutika Filsafat Hans Georg Gadamer. Jurnal Filsafat Indonesia
sumber foto
Radityo Widiatmojo