Organisasi dan Mindset Baru
“Pak, anda aktif di organisasi apa dulunya?” tanya seorang mahasiswa di akhir sesi kelas. Jawaban atas pertanyaan tersebut saya jawab secara normative dengan menyebutkan nama organisasi. Lantas dia lanjut bertanya, “Enak tidak Pak ikut organisasi itu”? Wah ini, pertanyaan ini rasanya bisa dijawab secara utuh.
Dalam konteks Social Design Thinking (SDT), membuat sebuah organisasi atau mengikuti organisasi adalah aktifitas menginvestasikan waktu, tenaga dan pemikiran untuk menuju suatu tujuan tertentu. Masing-masing organisasi memiliki visi misi serta budaya yang berbeda. Namun dalam SDT terdapat kesamaan, yaitu secara kreatif membuat solusi yang sifatnya berkelanjutan dan sesuai dengan target. Optimal namun tidak selalu ideal.
Solusi tersebut bisa lahir dengan tepat jika anda mengikuti organisasi yang tepat pula. Minimal sesuai dengan minat dan bakat anda selaku mahasiswa.
Ketika kita yang masih muda ini bergabung dengan organisasi, secara tidak langsung kita ini belajar memiliki pola pikir baru, karena orientasi kita juga baru. Budaya kolektifis dan kerja sama yang baik antar anggota, bisa memicu rasa munculnya mindset baru.
Mindset baru tersebut bisa terkait dengan system kerja, rasa kepercayaan ataupun visi misi organisasi. Dalam SDT diperlukan critical feedback sebagai bahan evaluasi diri. Di organisasi, ctitical feedback bahkan diberikan secara terus-menerus.
Di organisasi, kita akan dihadapkan dengan prototype yang beraneka ragam sifatnya. Ada yang masih sekedar pemikiran, ada yang sudah matang, ada yang masih perlu perbaikan. Di sinilah muncul mindset baru. Muncul sebuah kesadaran diri untuk memperbaiki keadaan. Minimal keadaan internal terlebih dahulu, sebelum sebuah program atau prototype keluar ke masyarakat.
Dari aktifitas diatas, akan membawa kita menuju sebuah komitmen. Membuat sebuat komitmen adalah pola pikir baru yang didapat Ketika kita peduli terhadap sesuatu. Tanpa ada rasa peduli, empati, maka tidak akan ada komitmen yang terbentuk.
Sebagai mahasiswa komunikasi, sangatlah penting untuk mengikuti organisasi, baik itu di kampus ataupun di luar kampus. Ikut organisasi itu asyik, seru, penuh tantangan, penuh emosi, penuh ambisi dan juga penuh kekecewaan. Organisasi memaksa mahasiswa untuk melakukan managemen hati dan pikiran sekaligus. Tempaan seperti itu justru mendewasakan kita. Itulah yang saya rasa.