Literasi Digital untuk Akademisi

Tahun 2023 diprediksi akan menjadi awal tahun politik, walau pemilu masih tahun 2024. Salah satu konsekuensi dari fenomena tersebut adalah penyebaran informasi-informasi yang sifatnya bohong. Oleh karena itu Aliansi Jurnalis Independen (AJI), bekerja sama dengan Google News Inisiative menyelenggarakan Pelatihan Literasi Digital untuk Akademisi, di Hotel 101 Kota Malang.

AJI sebagai salah satu organisasi profesi Jurnalis memiliki kewajiban untuk memberikan pelatihan kepada Akademisi. “AJI ingin bergandengan tangan untuk memerangi HOAX”, ujar Jaynuddin selaku Ketua AJI Malang.

Dalam materi awal, dijelaskan bahwa verifikasi menjadi elemen utama di era digital ini. Ada satu hal penting yang ditekankan terkait berita hoax. “Hindari kata ‘berita palsu’, karena kata itu akan menurunkan tingkat kepercayaan kepada profesi jurnalis, maka lebih baik menggunakan frasa ‘informasi bohong”, ujar Zainudin, trainer Literasi Digital.

Di era digital ini, informasi menjadi sebuah entitas yang harus dijaga bersama. Yuk flashback ke konsep komunikasi dari Harold Laswell. Who says what to whom in what channel with what effect, dimana saat ini sebuah pesan disampaikan secara digital. Karakter dari teknologi digital ini membuat informasi bisa dijangkau dimana saja. Berbeda dengan teknologi analog atau manual, yang memerlukan upaya lebih untuk menyampaikan sebuah pesan.

Zainudin menambahkan, penyebaran informasi ini sangat dekat dengan penetrasi internet di Indonesia. bukan hanya generasi baby bommer, generasi Z yang harus diperhatikan dalam pendidikan literasi digital. “Ada generasi Alpha, yaitu generasi anak-anak kita yang lahir di tahun-tahun ini. Harus ada migitasi untuk mereka”, ujar Zainudin.

Maka, litarasi adalah kunci.

 

Foto: Radityo Widiatmojo
Radityo Widiatmojo