Media Sosial, Lidah Elektronik???
Berkomunikasi merupakan hal yang akan dilakukan manusia selama hidupnya. Baik komunikasi Verbal maupun Non-verbal, keduanya akan saling menunjang manusia dalam berkomunikasi. Berbicara maupun menulis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pribadi. Tidak hanya itu, gestur, simbol serta bahasa tubuh akan menjadi penopang seseorang dalam berkomunikasi. Dalam menjalani hidup, setiap orang akan membutuhkan satu sama lain, dengan demikian hal tersebut dapat disalurkan melalui berkomunikasi. Dengan berkembangnya waktu dan teknologi, komunikasi verbal bisa dilakukan secara daring. Perkembangan teknologi juga tidak kalah penting untuk menjadi penopang dalam kehidupan manusia.
Sosial media yang sudah marak digunakan dikeseharian manusia juga menjadi kunci penting dalam komunikasi yang ada. Komunikasi yang dilakukan melalui sosial media memiliki jangkauan yang lebih luas. Tercatat sebanyak 4,7 miliar orang di dunia yang menggunakan sosial media. Komunikasi sosial media dapat dilakukan dengan siapa saja, pada waktu kapan saja dan dengan cara apapun. Hal tersebut merupakan cara pengguna sosial media untuk mengekspresikan diri mereka. Instagram, Line, WhatsApp, Facebook, Twitter, dan Tiktok adalah beberapa sosial media yang paling laris dikalangan masyarakat. Di beberapa aplikasi tersebut, setiap pribadi bisa dengan bebas beropini, bercerita, berargumen, berdebat, dan melakukan banyak hal lain.
Hubungan antara komunikasi dan media sosial adalah mengenai penyebaran, pengolahan, bahkan penyajian informasi. Terlepas dari usia, gender, bahkan kelas sosial, di zaman ini orang bisa dengan mudah memiliki sosial media. Semakin banyak pengguna sosial media, semakin banyak pula konten, opini pribadi, argumen dan lain-lain. Dengan demikian, besar resiko terjadi banyaknya hal-hal negatif yang terjadi saat seseorang berkomunikasi melalui sosial media. Berdasarkan hasil data yang dikemukakan oleh Daniel Ruby (2022) sebanyak 1 miliar video tiktok dilihat setiap harinya. Satu miliar konten yang ada di TikTok, tentu saja berisi sesuatu yang bersifat positif maupun negatif. Dengan begitu sebagai pengguna sosial media, setiap orang memiliki tanggung jawab yang besar akan konten yang di upload. Sebagai penikmat konten, setiap pribadi harus bisa memilah mana yang baik dan buruk untuk di konsumsi.
Kebebasan menggunakan dan berkomunikasi di sosial media memiliki dampak positif maupun negatif. Permasalahan yang kerap terjadi di sosial media antara lain; hoax, bullying, pelecehan seksual, ujaran kebencian, dan masih banyak lagi. Dapat dilihat bahwa kebebasan berkomunikasi bisa saja disalah gunakan oleh siapapun. Tak perlu lagi diragukan kekuatan sosial media, tetapi tak dapat dipungkiri juga sosial media menjadi wadah yang tepat bagi orang-orang yang dengan sengaja ingin melakukan perpecahan. Selain itu, tak jarang juga melihat pengguna sosial media membuat suatu konten yang kurang baik dan merugikan banyak pihak. Sedangkan konten yang disajikan oleh seseorang saja bisa dilihat oleh orang dari luar negeri, hal ini menunjukkan bahwa sosial media memang efektif untuk menyebarkan suatu pesan. Namun, perlu diingat bahwa sosial media bisa menjadi pisau yang sangat tajam bagi pembuat konten maupun penikmat konten itu sendiri.
Dengan demikian perlu diingat bahwa apapun yang dilakukan di sosial media marupakan bentuk komunikasi yang secara tidak langsung kita lakukan dengan banyak orang. Sebagai pribadi yang bijak dan beradab, perlu untuk berpikir dalam berkomentar, membuat konten, beropini ataupun beragumentasi. Sama halnya dengan kehidupan asli, berkomunikasi secara baik dan bijak perlu dilakukan. “Komunikasi adalah sebuah keterampilan yang dapat kau pelajari. Belajar komunikasi itu seperti mengendarai sepeda atau mengetik. Jika kau mau mengerjakannya, kau akan dapat mengubah kualitas dari semua bagian hidupmu” – ujar Brian Tracy. Lidah elektronik dapat membawa dampak yang besar bagi pengguna sosial media yang berada dimanapun. Menjaga kualitas komunikasi dalam bersosial media adalah pilihan yang tepat.