ISK The Future of Media bersama Sena Achari detiknetwork

“Ada yang tahu cara kerja pager (pengirim pesan pendek) nggak” Tanya Sena Achari kepada Binusian di awal acara Industrial Sharing Knowledge (ISK) yang berlangsung pada hari Jumat, 14 Oktober 2022, di Aula Binus @Malang. Pertanyaan tersebut mengawali kemeriahan ISK yang bertema “The Future of Media”. Sena Achari, selaku Director Product Management detiknetwork, menjelaskan bahwa detik bermula dari dua teknologi lawas bernama pager dan telpon umum. Semangat untuk mengabarkan kondisi 98 di Indonesia kepada publik di luar Indonesia menjadi semangat awal detik sebagai media online pioner di tanah air.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, bermunculan media-media tanpa tuan atau disebut sebagai homeless media. Sena menjelaskan bahwa sejatinya, media itu harus terdaftar di dewan pers dan mematuhi pedoman media siber yang telah dirumuskan oleh insan pers di indonesia. Salah satu instrumen utama yang tidak dimiliki homeless media adalah fungsi verifikasi dan klarifikasi. Kedua intrumen tersebut adalah kemampuan khusus yang hanya dimiliki oleh jurnalis. Dari kedua intrumen tersebut, lahirnya yang namanya validitas. Media arus utama, termasuk detik, melakukan proses tersebut, sedangkan homeless media tidak.

Sena menambahkan, salah satu fungsi utama peran media arus utama adalah kemampuan untuk mengubah kebijakan publik. Sena mencontohkan bagaimana detik mengawal pemberitaan biaya gorden DPR yang mencapai milyaran rupiah. “Bagi kita, itu sama sekali tidak esensial” ucap Sena ketika menjelaskan konsep “mengawal” sebuah isu sampai pada tahap perubahan yang diinginkan oleh masyarakat.

Yang menarik lainnya dari acara ISK ini adalah pernyataan Sena terkait persaingan. “Sebenarnya kita ini bersaing dengan siapa?” Apakah media versus media lain atau ada yang lain. Rasa penasaran itu terjawab ketika Sena menjelaskan bahwa persaingan media adalah dengan mesin pencari, yaitu google. Terdapat white paper yang dikeluarkan google kepada media-media. Hal itu dilakukan agar google mampu menampilkan pencarian terbaik dan paling relevan kepada penggunanya. Hal ini berdampak pada keharusan jurnalis untuk bisa membuat berita dan judul yang menarik tanpa harus klikbait. Artinya, algoritma google sangat berpengaruh terhadap keterbacaan berita di media.

Pemaparan yang lugas dari Sena membuat Binusian antusias dan melontarkan beragam pertanyaan yang sifat kritis, akademis maupun pertanyaan yang sifatnya teknis. Wahtu Kristian Natalia selaku moderator pun memantik diskusi seru dengan binusian. Acara yang dikordinir oleh Himcomm dan Prodi Ilkom ini dihadiri oleh 150 Binusian yang hadir di Aula serta 50 binusian yang hadir online. Sampai jumpa di ISK berikutnya ya Binusian.

 

Foto: Agung