Gig Economy dan Pekerjaan yang Erat di Bidang Komunikasi

Apa yang ada di benak kalian, jika mendapati tetangga atau orang terdekat kita tidak pernah pergi ke kantor untuk bekerja namun tetap mendapatkan pendapatan? Pasti yang ada dalam benak kita adalah kecurigaan dan bertanya-tanya kok bisa ya? darimana uang didapat? lebih jauh lagi pasti ada kecurigaan yang berunsur mistis bahwa seseorang tersebut memiliki pesugihan untuk membuatnya kaya. Kecurigaan yang berlebihan seperti yang disebutkan tersebut menunjukkan belum terbukanya wawasan dan pengetahuan seseorang tentang Gig Economy.

Salah satu kasus yang menunjukkan belum terbukanya pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang Gig Economy adalah kasus yang terjadi pada bulan April di Depok tentang emak-emak yang menuduh tetangganya memiliki pesugihan babi ngepet karena tidak pernah terlihat bekerja berangkat ke kantor namun terlihat memiliki uang. Selain itu juga diperkuat dengan ditemukannya seekor babi di area tempat tinggal mereka (Fathan, 2021). Kasus ini mencuat dan menjadi pergunjingan di public yang menanggapi situasi ini bahwa memang tidak harus berangkat ke kantor untuk memiliki uang banyak tiap bulannya. Namun jika memang pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah tersebut nyatanya membawa pendapatan yang cukup sehingga membuat seseorang terlihat berduit maka tidaklah salah.

Secara harafiah, Gig Economy sebagaimana dilansir dalam BBC News adalah pasar tenaga kerja yang dicirikan dengan kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas (Wilson, 2017).  Namun tren Gig Economy kemudian secara luas bisa dipahami dengan pekerja yang bebas menentukan tempat bekerja dan lokasi melakukan pekerjaan yang sedang dijalankan untuk memperoleh pendapatan yang sudah disepakati atau yang diinginkan. Ini artinya, bekerja bisa dilakukan dimana saja, kapanpun dengan pendapatan yang pantas.

Salah satu pekerjaan yang muncul sebagai akibat dari Gig Economy adalah menjadi Kreator Konten, Selebgram, Endorser, Inluencer. Pekerjaan ini erat dengan bidang komunikasi, sebab mereka menyampaikan informasi dan memasarkan sebuah produk yang butuh cara penyampaian pesan yang tepat. Bagi mereka yang berhasil menjadi seorang Kreator Konten, Selebgram, Endorser, Inluencer, monetisasi dari akun sosial media merupakan pemasukan yang cukup menguntungkan. Bayangkan saja seorang Youtuber bisa mendapatkan 100$ dari Youtube jika berhasil mencapai watchtime 4000 jam dengan pengikut sebanyak 1000 orang. Jika jumlah watchtime dan pengikut terus meningkat maka dipastikan pendapatan pun juga akan meningkat dan melampaui pendapatan mereka yang bekerja secara formal di kantor

Digitalisasi menciptakan era baru di bidang ekonomi yang disebut dengan Gig Economy. Sebagai generasi yang hidup di era teknologi digital maka kita harus memahami bagaimana ciri khas dan karakter dari era Gig Economy. Sehingga tidak lagi menaruh prasangka atas kesuksesan orang yang mampu menghasilkan pundi-pundi pendapatan yang cukup tanpa harus setiap hari berangkat ke kantor, bekerja yang lebih fleksibel karena bisa dilakukan dimana saja dengan suasana yang kondusif. Bagi para mahasiswa yang saat ini tengah menekuni profesi sebagai Kreator Konten, Selebgram, Endorser, Inluencer ataupun area kerja lain yang juga masuk dalam kriteria Gig Economy harus membekali diri dengan wawasan yang cukup mengenai kelemahan dan kelebihan serta etika yang seperti apa yang harus dimiliki dalam menjalankan profesinya.

Yanuarita Kusuma