Apa Itu Komunikasi Toksik? (1)

Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan proses interaksi dan komunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Komunikasi yang baik tentu akan membawa berbagai hal positif dalam hidup, begitu pula sebaliknya. Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh adalah terjalinnya hubungan yang baik dan intens dengan orang lain. Hal ini sangat dibutuhkan karena manusia selalu memerlukan orang lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan mulai dari aspek sosial, pekerjaan, psikologis, dan sebagainya. Dalam sebuah hubungan, komunikasi menjadi salah satu kunci utama yang mendukung kelancaran dan kesuksesan hubungan. Sebaliknya, komunikasi yang buruk (toxic communication) dapat membawa berbagai macam konflik serta hal negatif lainnya. Fenomena ini dapat merusak sebuah hubungan yang sudah terjalin sebelumnya.

Gaya komunikasi yang negatif atau beracun (toxic communication) merupakan salah satu tantangan yang sering terjadi dan harus dihadapi dalam menjalankan sebuah hubungan. Tentunya hubungan yang dimaksud tidak hanya berfokus pada masalah asmara saja, melainkan juga pada relasi dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan lain -lain. Salah satu jenis toxic communication adalah penggunaan ucapan-ucapan yang tidak pantas kepada lawan bicara. Menurunnya kualitas komunikasi ini ditandai dengan pemakaian berbagai kata-kata kasar, baik yang diutarakan secara langsung maupun tidak langsung. Contoh dari gaya komunikasi ini adalah pemberian kritik yang berlebihan serta menyalahkan dan mengancam lawan bicara.

Empat bentuk toxic communication adalah kritik berlebihan, penghinaan, sikap defensif, dan penghalang. Kritik berlebihan atau over critical adalah ucapan yang berfokus untuk menyerang kepribadian atau karakter seseorang, bukan perilakunya. Contohnya, menyebutkan sifat negatif lawan bicara seperti egois dan malas ketika berkonflik. Hal ini bisa kita hindari dengan memfokuskan diri pada masalah yang sedang terjadi. Ketika sedang berusaha menyelesaikan masalah, jangan menyerang lawan bicara secara personal namun fokus pada pembahasan masalah yang sedang terjadi.

Bentuk kedua yaitu penghinaan (contempt). Masalah ini terkait dengan pengungkapan hal-hal tertentu dengan maksud untuk merendahkan pihak lawan secara psikologis. Contoh dari tindakan tersebut adalah mencibir dan tertawa mengejek. Hal ini bisa kita kurangi dengan meningkatkan kesadaran diri bahwa mengatakan hal-hal yang buruk tentang orang lain tidak boleh dilakukan.

 

Penulis: Carolina Florence (Binusian Communication2024)

Editor: Lila Nathania, S.I.Kom., M.Litt.