Menjadi Komunikator yang Baik dengan Psikologi Komunikasi
Pernahkah Anda berniat menyamakan sudut pandang atas suatu topik dengan lawan bicara, tetapi pembicaraan malah tidak terkontrol dan menjadi perdebatan tanpa arah? Contohnya ketika sedang berdiskusi bersama teman mengenai tokoh favorit dalam film (yang seharusnya subjektif), justru lama-kelamaan menjadi perdebatan panjang mengenai siapa yang terbaik dan terkuat serta berujung pada pertengkaran. Di situlah fungsi dari pembelajaran ilmu komunikasi akan berperan dalam merubah mindset para pembicara dan pendengarnya. Fungsi yang dimaksud adalah lingkup yang tak terlihat dalam menjalani komunikasi, yakni mempelajari sisi jiwa atau psikologis manusia. Mempelajari sisi manusia ini memampukan kita untuk menganalisis isi hati dan pikiran serta menjadikannya pertimbangan dalam berinteraksi selanjutnya. Sisi psikologis dalam komunikasi bisa melibatkan pendekatan interpersonal agar bisa membuat impresi yang berkesan, serta memahami juga kondisi lingkungan apakah sudah mendukung komunikasi yang nyaman atau belum,
Ilmu komunikasi ternyata memiliki hubungan yang dekat dengan penerapan psikologi manusia sehingga dapat mempermudah dan memperbaiki cara kita berkomunikasi. Mengapa bisa begitu? Hal ini dikarenakan ilmu komunikasi mengajak kita untuk memelajari diri sendiri terlebih dahulu, mulai dari mindset pribadi hingga cara berbicara dengan orang lain. Berangkat dari hal itu, kita dapat mempelajari apa yang harus diperbaiki demi mengembangkan kemampuan komunikasi yang lebih baik untuk ke depan. Harapannya, dengan mempelajari ilmu komunikasi, kita dapat menyampaikannya ide secara diplomatis dengan mengantisipasi reaksi dari para pendengar. Tak hanya itu, kita juga mampu memilih pendekatan yang cocok berdasarkan perilaku lawan bicara atau audiens.
Lebih lanjut lagi, ilmu komunikasi juga bisa digunakan untuk mempelajari kelemahan diri sendiri secara mendalam. Sebagai contoh, dengan memelajari teori ilmu komunikasi, kita bisa menanalisis dan memahami kekurangan diri sendiri ketika berbicara dengan orang lain. Hal ini akan membantu ketika kita dihadapkan pada situasi yang dijelaskan pada awal tulisan. Ketimbang debat kusir tanpa tujuan yang jelas dengan teman, kita bisa melihat dengan lebih objektif bahwa masalah yang terjadi sebenarnya karena tidak ada pihak yang mau mendengarkan, semua sibuk pada pendapatnya masing-masing. Bagaimana, tertarik untuk belajar ilmu komunikasi untuk menjadi komunikator yang lebih baik?
Penulis: Ernesto Rio Mahliganri (Binusian Communication B2024)
Editor: Lila Nathania, S.I.Kom., M.Litt.