Media sosial sudah jadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Bangun tidur scroll TikTok, makan sambil nonton YouTube, malam hari live stream-an di Twitch. Tapi di balik semua hiburan itu, ada ancaman serius yang sering luput dari perhatian: konten promosi judi online yang menyasar anak muda.

Penelitian dari Bournemouth University menunjukkan bahwa influencer media sosial memainkan peran besar dalam menyebarkan konten terkait judi online ke anak-anak dan remaja—atau dalam istilah akademiknya disebut Children and Young People (CYP). Paparan ini bukan cuma sering, tapi juga sangat halus dan sulit dideteksi karena dibungkus dalam format hiburan.

 

Judi Online: Masuk Lewat Konten Gaming dan Lifestyle

Influencer dan streamer di YouTube, TikTok, dan Twitch kerap menyisipkan promosi situs judi online di tengah konten mereka. Bentuknya bisa bermacam-macam: live stream taruhan bola, promosi game “play-to-earn” berbasis crypto, hingga menyebut kode referral ke situs judi. Semua dikemas dengan gaya yang fun, penuh meme, dan terkadang seperti “curhat biasa”.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa konten semacam itu membuat judi online tampak normal, bahkan menarik. Banyak anak muda yang menganggap judi itu hanya sekadar game seru, tanpa menyadari risikonya. Influencer juga kadang menunjukkan gaya hidup mewah hasil “menang judi”, yang makin menambah daya tariknya.

Kenapa Gen Z Rentan Terjebak?

Gen Z lebih mempercayai influencer dibanding brand resmi. Mereka juga lebih sering terpapar media sosial dan belum sepenuhnya mampu membedakan mana konten organik dan mana promosi tersembunyi. Di sinilah bahayanya.

Studi ini menyimpulkan bahwa semakin sering seseorang terpapar promosi judi online dari influencer, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengembangkan sikap positif terhadap judi. Bahkan, mereka jadi tidak sadar bahwa mereka sedang dimarketing-in—karena semuanya terasa natural.

Relevansi untuk Mahasiswa Business IT

Mahasiswa Business Information Technology (BIT) bukan hanya belajar soal coding atau marketing digital. Kita juga belajar bagaimana teknologi bisa membentuk perilaku masyarakat. Ketika kita membuat produk, algoritma, atau strategi konten, kita juga ikut menentukan bagaimana pengguna—terutama anak muda—berinteraksi dengan dunia digital.

Fenomena promosi judi online oleh influencer ini menunjukkan pentingnya etika digital. Kita harus lebih sadar bahwa teknologi yang kita bangun bisa berdampak, baik positif maupun negatif.

Solusi yang Ditawarkan Peneliti

Menurut Bolat et al. (2025), ada tiga langkah penting untuk mengatasi hal ini:

  1. Regulasi ketat terhadap promosi judi online oleh influencer, termasuk aturan transparansi sponsor dan larangan konten yang menyasar anak muda.
  2. Penguatan sistem verifikasi usia di platform seperti TikTok dan YouTube.
  3. Edukasi literasi digital untuk membekali anak muda agar lebih kritis terhadap konten yang mereka konsumsi.

Kita Bisa Mulai dari Sini

Sebagai mahasiswa BIT, kita punya peran besar untuk membangun dunia digital yang lebih sehat. Bisa dengan membuat fitur deteksi konten berisiko, membangun aplikasi edukatif, atau bahkan merancang algoritma yang lebih bertanggung jawab secara sosial.

Kita juga bisa mulai dari diri sendiri. Lebih sadar akan konten yang kita konsumsi dan lebih berani menyuarakan pentingnya perlindungan anak muda di media sosial.

Penutup: Jangan Asal Scroll, Saatnya Sadar Digital

Judi online bukan lagi hal yang hanya muncul di iklan malam TV. Sekarang dia menyelinap lewat live stream game, video reaction, bahkan konten “unboxing”. Semua itu hadir di layar HP kita setiap hari—tanpa kita sadari.

Yuk, mulai lebih kritis. Karena sebagai calon ahli di dunia digital, kita bukan cuma pencipta teknologi, tapi juga penjaga masa depan generasi muda.

 

 

Referensi:
Bolat, E., Panourgia, C., Yankouskaya, A., & Kelly, M. (2025). Influencer-driven gambling content and its impact on children and young people: A scoping study. Current Addiction Reports, 12(3). https://doi.org/10.1007/s40429-025-00616-z