Di negeri ini, menjanjikan lompatan jauh tanpa menyiapkan landasan adalah kebiasaan yang diwariskan turun-temurun. Kini, muncul narasi baru: bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah kunci emas ekonomi masa depan Indonesia.

Kita tidak lagi berbicara soal sawit, nikel, atau batu bara. Kini, kita bicara tentang server, algoritma, cloud, dan entitas abstrak bernama “ekosistem digital.” AI diyakini bisa menyulap ketimpangan menjadi pertumbuhan, ketertinggalan menjadi percepatan, dan birokrasi menjadi efisiensi—semua dengan bantuan slide presentasi dan pidato yang terdengar futuristik.

Catatan: Gambar ini digenerasi oleh ChatGPT dengan pengawasan dan supervisi manusia

 

Dewa Baru Ekonomi?

Bukan tanpa bukti. Microsoft baru saja mengumumkan investasi sebesar US$ 1,7 miliar di Indonesia untuk pengembangan infrastruktur cloud dan pelatihan AI, yang katanya akan menyentuh 840.000 orang hingga 2025 (AP News, 2024). Bahkan NVIDIA dan Indosat pun siap membangun pusat AI senilai US$ 200 juta di Solo (Reuters, 2024).

Namun, di balik megafon digital ini, realitas di lapangan tetap tak berubah banyak. Di luar ruangan konferensi ber-AC, sinyal internet di banyak desa masih kalah cepat dari ayam kampung. Sekolah-sekolah di pelosok masih berjuang dengan papan tulis kayu, bukan GPU. Dan mahasiswa jurusan Teknik Informatika masih lebih sering “ngoding” pakai Visual Studio bajakan daripada dapat akses cloud lokal gratis.

 

Narasi Tanpa Inklusi

Yang lebih mengkhawatirkan adalah narasi AI ini seolah hanya milik sekelompok elite teknologi dan pemangku kepentingan ekonomi. Rakyat hanya diajak menyaksikan dari pinggir layar, sementara konsep seperti “penguatan talenta digital” hanya muncul di brosur, bukan di bangku sekolah atau SMK.

Bahkan ketika AI dibicarakan sebagai alat untuk “mempermudah kehidupan petani,” sangat sedikit program yang menjelaskan bagaimana petani akan diajak memahami, apalagi menggunakan, dashboard sensor kelembaban atau kamera NDVI.

Lalu, jika AI adalah kunci emas, untuk siapa pintunya terbuka?

 

🌱 Lima Jalan Waras Menuju Teknologi yang Membumi

Agar kita tidak mengulangi dongeng digital ini lagi dalam lima tahun ke depan, berikut beberapa solusi yang mungkin tidak seindah brosur, tapi realistis:

  1. Kurikulum AI sejak dini, mulai dari logika

Kita tak perlu mengajarkan anak SMP tentang Large Language Model. Ajarkan logika berpikir, algoritma dasar, dan etika teknologi. Tanpa ini, kita hanya mencetak pengguna teknologi, bukan pencipta.

  1. Desentralisasi infrastruktur digital

Pusat data dan koneksi cepat jangan hanya mampir ke kawasan ekonomi khusus. Sekolah-sekolah di Sumatera Barat, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur juga berhak menikmati internet setara untuk belajar coding.

  1. Dana riset berbasis dampak lokal

Berikan pendanaan pada riset-riset yang menyentuh kehidupan nyata: misalnya pemodelan cuaca mikro untuk petani bawang di Brebes, atau AI deteksi banjir untuk kampung rawan rob.

  1. Gen-Z bukan objek, tapi mitra

Jangan sekadar latih mereka lewat program satu arah. Ajak mereka mencipta—dalam hackathon, kompetisi, dan ruang eksperimen terbuka. Banyak anak muda di TikTok lebih paham narasi AI daripada isi buku teks nasional.

  1. Bangun etika dan kedaulatan digital

Kalau AI adalah “emas digital,” maka data adalah tambangnya. Kita harus punya regulasi jelas soal kepemilikan data, keamanan, dan transparansi—jangan sampai Indonesia hanya jadi ladang ekstraksi data global.

 

Penutup: Antara Imajinasi dan Implementasi

Kecerdasan buatan memang menjanjikan. Tapi seperti semua alat, manfaatnya tergantung siapa yang pegang, dan digunakan untuk siapa. Jika kita tak hati-hati, AI akan jadi seperti slogan-slogan lain: terdengar canggih, tapi tidak menyentuh tanah.

Indonesia tidak kekurangan mimpi. Yang kurang adalah jembatan antara retorika dan realita. Maka daripada terus menambah daftar buzzword, mungkin kita bisa mulai dengan satu hal sederhana: membangun teknologi dari bawah, dan bersama.

 

Referensi:

  • Microsoft investasi US$ 1,7 miliar untuk cloud dan AI di Indonesia. AP News. (2024).
    https://apnews.com/article/a2e53b4a3872ac80b9c56c53187c4890
  • Nvidia & Indosat bangun pusat AI US$ 200 juta di Solo. Reuters. (2024).
    https://www.reuters.com/technology/nvidia-indosat-plan-200-mln-ai-centre-investment-indonesia-government-says-2024-04-04/