Like, Share, dan Kecemasan : Bagaimana Bijak dalam Bermedia Sosial
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Dengan berbagai platform yang tersedia, remaja memiliki akses tanpa batas untuk berinteraksi, berbagi, dan mengonsumsi informasi. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan (anxiety) pada remaja. Artikel ini akan membahas dampak media sosial terhadap tingkat kecemasan pada remaja berdasarkan penelitian terbaru dan jurnal terpercaya.
Pengaruh Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja:
Media sosial memberikan banyak manfaat, seperti kemudahan dalam berkomunikasi, dukungan sosial, dan platform untuk berekspresi diri. Namun, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja, terutama dalam hal kecemasan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kecemasan akibat penggunaan media sosial meliputi:
1. Perbandingan Sosial
Remaja sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain yang mereka lihat di media sosial. Postingan yang menampilkan kehidupan yang tampaknya sempurna dapat membuat remaja merasa kurang berharga atau tidak puas dengan diri mereka sendiri. Studi oleh Vogel et al. (2014) menemukan bahwa perbandingan sosial di media sosial dapat memperburuk perasaan kecemasan dan depresi pada remaja karena mereka cenderung merasa lebih rendah dibandingkan dengan orang lain.
2. Cyberbullying
Media sosial juga menjadi platform bagi cyberbullying, yang merupakan salah satu penyebab utama kecemasan pada remaja. Cyberbullying dapat terjadi dalam bentuk komentar negatif, penyebaran rumor, atau penyerangan pribadi yang dilakukan secara online. Penelitian oleh Kowalski et al. (2014) menunjukkan bahwa korban cyberbullying memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan, depresi, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri.
3. FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO adalah perasaan takut ketinggalan informasi atau aktivitas yang sedang terjadi, yang sering kali diperburuk oleh penggunaan media sosial. Remaja yang terus-menerus memeriksa media sosial untuk melihat apa yang dilakukan teman-teman mereka sering kali mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Studi oleh Baker et al. (2016) mengindikasikan bahwa FOMO berkontribusi signifikan terhadap perasaan cemas dan kurang puas terhadap kehidupan pribadi.
4. Gangguan Pola Tidur
Penggunaan media sosial hingga larut malam dapat mengganggu pola tidur remaja, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental mereka. Kurang tidur dapat memperburuk gejala kecemasan dan membuat remaja lebih rentan terhadap stres. Penelitian oleh Scott et al. (2018) menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial secara berlebihan, terutama pada malam hari, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur dan kecemasan.
Strategi Yang Dapat Membantu Mengurangi Dampak Negatif Media Sosial
Untuk mengurangi dampak negatif media sosial terhadap kecemasan pada remaja, beberapa strategi yang dapat dilakukan, antara lain:
● Batas Waktu Penggunaan
Menetapkan batas waktu penggunaan media sosial dapat membantu remaja mengurangi paparan yang berlebihan dan fokus pada aktivitas lain yang lebih positif.
● Edukasi Mengenai Dampak Media Sosial
Memberikan edukasi kepada remaja tentang dampak negatif media sosial dan cara mengelola perasaan mereka saat menggunakan platform tersebut.
● Membangun Dukungan Sosial di Dunia Nyata
Mendorong remaja untuk membangun hubungan sosial di dunia nyata yang kuat dan mendukung dapat membantu mengurangi ketergantungan pada media sosial.
● Mengurangi Paparan Konten Negatif
Mengajarkan remaja untuk memilih konten yang positif dan menghindari akun atau halaman yang memicu perbandingan sosial atau cyberbullying.
Kesimpulan
Media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat kecemasan pada remaja. Faktor-faktor seperti perbandingan sosial, cyberbullying, FOMO, dan gangguan pola tidur berkontribusi terhadap peningkatan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi para remaja tentang penggunaan media sosial yang sehat dan mendukung mereka dalam membangun kesejahteraan mental yang lebih baik kedepannya.
Referensi:
Vogel, E. A., Rose, J. P., Roberts, L. R., & Eckles, K. (2014). Social comparison, social media, and self-esteem. Psychology of Popular Media Culture, 3(4), 206–222. https://doi.org/10.1037/ppm0000047
Kowalski, R. M., Giumetti, G. W., Schroeder, A. N., & Lattanner, M. R. (2014). Bullying in the digital age: A critical review and meta-analysis of cyberbullying research among youth. Psychological Bulletin, 140(4), 1073–1137. https://doi.org/10.1037/a0035618
Baker, D. A., & Algorta, G. P. (2016). The relationship between online social networking and depression: A systematic review of quantitative studies. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 19(11), 638-648. https://doi.org/10.1089/cyber.2016.0206
Scott, H., Biello, S. M., & Woods, H. C. (2018). Social media use and adolescent sleep patterns: Cross-sectional findings from the UK Millennium Cohort Study. BMJ Open, 8(7), e022117. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-022117
Comments :