(Source: IMDB)

Pada Oktober 2024, Visinema Picture menayangkan sebuah film berjudul Home Sweet Loan. Film ini berbeda dengan kisah tentang rumah indah dan manis yang diisi oleh keluarga harmonis penuh kehangatan yang kerap kita tonton laksana dongeng klasik masa kecil dulu.

Film ini merupakan cerita fiktif tentang seorang pegawai kantoran bernama Kaluna, yang baru merintis karier. Di rumah, ia merupakan anak bungsu yang berasal dari keluarga sederhana. Kaluna juga masih tinggal di rumah orang tua. Rumah yang ditempati beramai-ramai bersama orang tua, dua kakak dan kakak ipar, serta keponakannya. Kondisi ini membuat rumahnya menjadi ramai.

Ia pun bermimpi mempunyai rumah sendiri layaknya orang dewasa yang sukses. Gajinya yang kecil membuat Kaluna merasa memiliki rumah indah laksana mimpi di siang bolong. Namun, ia tak patah semangat. Kaluna bersama teman-temannya mencari rumah impian dengan harga terjangkau, meski harus tinggal di tepi wilayah Jakarta. Mereka berjuang keras dengan mengerem semua pengeluaran yang tidak perlu, mencari kerja sampingan, hingga memperjuangkan pinjaman kantor.

Namun, usaha itu sayangnya terbentur realita ketika Kaluna mendapati kondisi finansial keluarga yang lagi sulit. Orang tua dan kakak-kakaknya membutuhkan bantuan finansial karena masalah yang baru terungkap. Kaluna dilema. Ia masih ingin memperjuangkan rumah yang menjadi mimpinya, tetapi tidak mungkin membiarkan keluarganya terlilit masalah uang. Ada satu scene dengan penggalan kalimat sedih “.. orang biasa kayak gue tuh, mau mimpi aja harus tau diri ternyata”.

(Source: IMDB)

Film melankolis di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa ada banyak hal yang tidak dapat diprediksi di dunia ini. Ada banyak ketidakpastian di luar sana. Siapa pernah menyangka bahwa akan terjadi krisis perekonomian di AS pada 1929? Dan bagaimana kita bisa tahu bahwa krisis itu memakan waktu selama 15 tahun? Atau, siapa pernah menduga bahwa pandemi covid-19 akan melanda seluruh isi bumi?

Selain kisah di atas, kasus serupa juga melanda perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Dimana-mana terdapat berbagai faktor di luar perkiraan kita sama sekali. Misal, Boeing, produsen pesawat terbang yang dulunya bertekad membuat pesawat bagi angkatan laut AS (US Navy), tapi gagal karena US Navy memilih membeli pesawat dari McDonnell Douglas yang menyebabkan Boeing mengalami kemunduran, Boeing akhirnya meluncurkan produk inovatif dan berfokus pada strategi masa depan, dan pada akhirnya membuatnya bertahan hingga hari ini, melampaui McDonnell sekaligus.

Keadaan ini mirip dengan kondisi perekonomian Indonesia. Siapa yang menduga Indonesia akan mengalami krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2020/2021? Dan apakah kita bisa tahu kapan krisis tersebut akan berakhir? Memang banyak prediksi tetapi sifatnya hanya sebatas perkiraan semata. Dan sepanjang masa itu, kitapun akhirnya melihat perubahan besar dalam lanskap perindustrian di Indonesia. Beberapa perusahaan terpaksa menutup operasinya, sementara yang lainnya, yang memiliki strategi berjangka panjang berhasil melewati dengan selamat.

Selain perubahan eksternal seperti diulas di atas, perubahan juga dapat terjadi dari dalam tubuh organisasi (internal), seperti pergantian pimpinan, perubahan struktur organisasi, perubahan sistem, perubahan kepemilikan, dan sebagainya. Baik karena faktor internal maupun eksternal, perubahan dapat mempengaruhi kinerja organisasi.

Jadi, perusahaan yang dapat menang dalam persaingan bisnis yang penuh dengan perubahan adalah perusahaan yang cepat dan adaptif dengan perubahan, serta mampu mengelola dan mengimplementasikan strategi mereka. “ .. bahkan orang biasapun bisa bermimpi asal punya strategi, mengelolanya dan yang terpenting mengimplementasikannya”. Masih bingung? Jangan ya dek ya.