Mengarahkan Organisasi dari Panic Menuju Purpose yang Berorientasi pada Purpose perusahaan
Pandemi COVID-19 telah mengguncang perekonomian global hanya dalam hitungan minggu. Pasar saham merosot tajam, pendapatan turun drastis, dan ketakutan akan apa yang akan terjadi di masa depan membuat banyak perusahaan terjebak dalam mode panik: terdiam tanpa tindakan, atau justru melakukan tindakan yang terburu-buru untuk bertahan hidup. Pada saat krisis seperti ini, karyawan, klien, dan pelanggan menantikan kepemimpinan yang mampu memberikan keyakinan, inspirasi, dan keberanian untuk memandu mereka melewati badai ini (Goodson et al., 2020).
Namun, alih-alih menyerah pada kepanikan, ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya: Apa yang bisa dilakukan bisnis dengan tujuan yang lebih baik? Tantangan bagi para pemimpin saat ini adalah untuk mengarahkan rekan-rekan dan mitra mereka dari kepanikan menuju tujuan yang bermakna. Mengaktifkan kembali tujuan Anda dapat memberikan stabilitas bagi karyawan dan momentum ke depan bagi bisnis Anda. Dalam lingkungan yang selalu berubah ini, perubahan tidak bisa dihindari. Manajemen perubahan tidak bisa lagi diabaikan atau disalahpahami, terutama dengan jumlah proyek perubahan yang meningkat secara signifikan di hampir setiap organisasi (Nieto-Rodriguez, 2023).
Langkah 1: Berhenti Sejenak dan Merenung
Situasi saat ini memberikan kesempatan langka untuk merenungkan mengapa bisnis kita ada. Dengan banyaknya aktivitas yang terhenti seperti perjalanan, olahraga, acara, restoran, tempat olahraga, teater, dan bahkan tempat kerja, ini bisa menjadi momen traumatis bagi staf dan pemimpin. Jika bisnis kita bertahan, apakah ia akan berkembang lagi? Dan bagaimana kita merawat orang-orang kita selama periode ini?
Ini adalah waktu yang tepat untuk menanyakan bagaimana merek Anda dapat bertindak sesuai dengan tujuan yang sudah ada, tetapi mungkin telah disisihkan selama masa-masa sibuk sebelumnya . Merenungkan tujuan ini juga dapat membantu organisasi memahami bagaimana proyek perubahan yang sedang dijalankan dapat selaras dengan tujuan strategis yang lebih besar. Misalnya, jika proyek perubahan Anda bertujuan untuk mengimplementasikan sistem CRM baru, pertanyaan yang lebih penting adalah: “Mengapa kita membutuhkan sistem CRM ini?” Dengan terus menggali lebih dalam, Anda dapat menemukan bahwa tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan kinerja penjualan .
Langkah 2: Mengatasi Inersia Tujuan
Meskipun banyak yang sepakat tentang pentingnya memiliki tujuan dalam bisnis, kenyataannya masih banyak merek yang tidak jelas dalam mewujudkannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hanya 27% konsumen yang bisa menyebutkan merek yang berorientasi pada tujuan . Salah satu tantangan terbesar adalah inersia atau kebiasaan menjalankan bisnis seperti biasa, yang membuat sulit untuk mengaktifkan tujuan, terutama jika belum pernah diaktifkan sebelumnya.
Untuk mengatasi inersia ini, perusahaan perlu menghubungkan proyek perubahan mereka dengan manfaat yang nyata dan relevan bagi berbagai pemangku kepentingan. Misalnya, dalam proyek transformasi digital, Anda harus dapat menunjukkan kepada manajer penjualan bahwa transformasi ini akan meningkatkan pendapatan dari pelanggan utama. Dengan demikian, perubahan tersebut tidak hanya menjadi “proyek IT,” tetapi juga menjadi inisiatif strategis yang berdampak langsung pada tujuan bisnis yang lebih besar .
Langkah 3: Membawa Tujuan ke Masa Depan
Tujuan yang diangkat tidak hanya sebagai bentuk kembali ke dasar atau cerita asal usul, tetapi juga sebagai panduan ke depan dalam lanskap yang telah berubah. CEO Microsoft, Satya Nadella, dalam suratnya kepada karyawan, menekankan pentingnya tetap berpegang pada tujuan dan identitas di tengah-tengah ketidakpastian besar .
Dengan situasi ini, organisasi harus dapat merumuskan dan mengartikulasikan satu tujuan SMART (Specific, Measurable, Actionable, Relevant, Time-based) untuk setiap proyek perubahan yang signifikan. Ini akan membantu memastikan bahwa setiap proyek perubahan tidak hanya sesuai anggaran dan jadwal, tetapi juga memberikan manfaat yang jelas dan dapat diukur, seperti meningkatkan kepuasan pelanggan atau meningkatkan efisiensi operasional .
Langkah 4: Mengambil Tindakan Nyata Berbasis Tujuan
Reset yang didorong oleh tujuan harus melampaui kata-kata dan pesan menjadi tindakan nyata. Tiga bidang inti tindakan dapat dipertimbangkan: Reframing capabilities, operations, dan relationships. Misalnya, beberapa perusahaan telah mengalihkan produksi mereka untuk membuat produk yang terkait dengan krisis, seperti produsen alkohol yang kini memproduksi hand sanitizer, atau pabrik yang beralih memproduksi ventilator .
Selain itu, saat operasi perusahaan terganggu, ini memberikan kesempatan untuk mengevaluasi apakah adaptasi yang dilakukan benar-benar sejalan dengan tujuan perusahaan, atau jika beberapa di antaranya justru dapat diperluas untuk memberikan manfaat yang tidak terduga. Melalui pendekatan ini, Anda akan melihat bahwa tingkat keterlibatan dan dukungan terhadap inisiatif perubahan Anda akan meningkat secara signifikan .
Penutup: Mengubah Panik Menjadi Tujuan
Pada akhirnya, ketika dunia kembali ke “bisnis seperti biasa,” yang entah kapan akan terjadi, perusahaan yang telah mampu mengubah panik menjadi tujuan akan menemukan diri mereka berada di posisi yang lebih baik untuk menghadapi masa depan. Dengan menggabungkan manajemen perubahan yang berfokus pada manfaat dan tujuan yang kuat, organisasi tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang di dunia yang terus berubah ini.
Refferences:
Goodson, S., Demos, A., & Dhanaraj, C. (2020). Shift Your Organization from Panic to Purpose. Harvard Business Review. https://hbr.org/2020/04/shift-your-organization-from-panic-to-purpose
Nieto-Rodriguez, A. (2023). Organize Your Change Initiative Around Purpose and Benefits. Harvard Business Review. https://hbr.org/2023/05/organize-your-change-initiative-around-purpose-and-benefits
Comments :