Perkembangan teknologi dan perubahan paradigma pendidikan di era abad ke-21 menuntut peserta didik untuk tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berdasarkan situasi nyata. Salah satu pendekatan yang mendukung hal tersebut adalah metode Case-Based Learning (CBL).

Case-Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning), di mana proses belajar didasarkan pada analisis kasus nyata atau simulasi kasus yang relevan dengan materi pembelajaran (Kim et al., 2022). Melalui pendekatan ini, siswa atau mahasiswa didorong untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks secara kolaboratif.

 

Konsep Dasar Case-Based Learning

CBL berasal dari tradisi pendidikan hukum dan kedokteran, di mana peserta didik dilatih untuk menganalisis kasus yang pernah terjadi untuk mengambil keputusan berdasarkan bukti dan teori. Menurut Srinivasan et al. (2021), CBL menekankan proses berpikir analitis, reflektif, serta penerapan pengetahuan dalam konteks dunia nyata.

Tujuan utama metode ini adalah:

  1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
  2. Menghubungkan teori dengan praktik.
  3. Meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar.
  4. Menumbuhkan kemampuan komunikasi dan kolaborasi.

 

Hubungan Case-Based Learning dengan Proses Pembelajaran

  1. CBL Meningkatkan Pemahaman Konseptual

Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan kasus lebih mampu memahami dan mengingat konsep dibandingkan pembelajaran konvensional (Mustofa & Setiawan, 2021). Hal ini karena siswa tidak hanya menerima teori, tetapi juga menggunakannya untuk memecahkan masalah yang relevan.

  1. CBL Mendorong Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif

CBL menuntut partisipasi aktif siswa dalam diskusi kelompok. Menurut Zainuddin et al. (2020), keterlibatan aktif dalam diskusi kasus dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills), seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. CBL Membentuk Kemampuan Profesional dan Etis

Dalam konteks pendidikan kedokteran, bisnis, dan keperawatan, CBL telah terbukti meningkatkan kemampuan profesionalisme dan etika pengambilan keputusan (Kumar et al., 2022). Pembelajaran berbasis kasus menempatkan siswa dalam situasi dilematis yang mengharuskan mereka menimbang berbagai nilai dan perspektif.

  1. CBL Relevan dengan Pembelajaran Abad ke-21

Model ini selaras dengan kompetensi abad ke-21, seperti critical thinking, collaboration, communication, dan creativity. Integrasi CBL dengan teknologi digital, seperti virtual case simulation atau online discussion boards, juga memperluas potensi pembelajaran hibrida dan daring (Huang & Hew, 2023).

 

Implementasi CBL dalam Pendidikan

Penerapan CBL dapat dilakukan melalui beberapa langkah (Srinivasan et al., 2021):

  1. Pemilihan Kasus: Menentukan kasus yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
  2. Diskusi dan Analisis: Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis data, dan mengusulkan solusi.
  3. Refleksi: Menarik pelajaran dari hasil diskusi untuk memperkuat pemahaman konsep.
  4. Evaluasi: Menilai hasil belajar melalui laporan, presentasi, atau kuis reflektif.

Di Indonesia, CBL mulai banyak diterapkan di perguruan tinggi, terutama dalam program studi kedokteran, bisnis, pendidikan, dan teknik, sebagai bentuk implementasi Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM).

Case-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk menghubungkan teori dengan praktik. Hubungan antara CBL dan pembelajaran terletak pada kemampuan metode ini dalam meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan berpikir kritis, serta kesiapan menghadapi situasi nyata.
CBL tidak hanya mengubah peran guru dari pusat informasi menjadi fasilitator, tetapi juga menjadikan peserta didik sebagai pembelajar aktif yang bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri. Dengan dukungan teknologi dan desain pembelajaran yang tepat, CBL dapat menjadi salah satu strategi kunci untuk membentuk lulusan yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi pada pemecahan masalah.

 

 

Daftar Pustaka

  1. Huang, R., & Hew, K. F. (2023). Integrating Case-Based Learning with Online Platforms for Higher Education. Computers & Education, 202, 104611.
  2. Kim, J., Park, J., & Shin, S. (2022). The Effectiveness of Case-Based Learning in Developing Critical Thinking in Nursing Education. BMC Nursing, 21(1), 85–93.
  3. Kumar, R., Singh, P., & Kaur, M. (2022). Case-Based Learning: Enhancing Professional Competence and Ethical Decision Making in Medical Education. Medical Education Online, 27(1), 1–9.
  4. Mustofa, A., & Setiawan, D. (2021). Penerapan Case-Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konseptual Mahasiswa pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Inovatif, 8(2), 110–120.
  5. Srinivasan, M., Wilkes, M., & Stevenson, F. (2021). Comparing Problem-Based Learning and Case-Based Learning: Definitions and Outcomes. Advances in Health Sciences Education, 26(4), 1005–1023.
  6. Zainuddin, Z., Chu, S. K. W., Shujahat, M., & Perera, C. J. (2020). The Impact of Case-Based and Problem-Based Learning Approaches on Student Engagement and Motivation in Higher Education. Educational Research Review, 31, 100–118.