Source: Freepik

Bekasi, 15 Juli 2025 – Hadirnya teknologi AI seperti GitHub Copilot, ChatGPT, hingga Replit Ghostwriter membawa angin segar dalam dunia pemrograman. Kini, membuat kode tidak harus dari nol, cukup ketikkan instruksi dalam bahasa alami dan AI akan menyulapnya menjadi porgram utuh. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar, terutama di kalangan mahasiswa teknologi dan informatika: Apakah belajar ngoding masih relevan di era AI-Generated Code? Tak bisa dipungkiri bahwa AI makin hari makin canggih dalam memahami dan menuliskan kode. Dalam hitungan detik saja, AI bisa membuat fungsi, membangun halaman web, bahkan membantu debugging dan dokumentasi. Untuk banyak kalangan, hal ini seperti shortcut menuju produktivitas. Akan tetapi, disiniliah letak dilema: jika AI sudah bisa “ngoding” lebih cepat dan efisien, lalu apa gunanya mahasiswa bersusah payah belajar struktur data, algoritma, dan bahasa pemrograman lainnya?

Perlu diingat bahwa coding bukan hanya soal menulis baris per baris. Belajar coding berarti juga belajar logika dan pola pikir komputasional, problem solving, pemahaman struktur sistem, dan kreativitas dalam mendesain solusi. AI mungkin bisa membantu menulis kode, tapi tetap membutuhkan arah dari manusia. Tanpa pemahaman dasar, seseorang hanya akan menjadi “pengguna AI” pasif yang mengandalkan hasil tanpa tahu cara kerja di baliknya. Jawaban dari pertanyaan utama tadi bukan “nggak perlu belajar coding”, melainkan justru mahasiswa perlu belajar coding sekaligus belajar bagaimana cara bekerja sama dengan AI. Skill coding tetap penting sebagai fondasi, tapi saat ini mahasiswa juga perlu belajar bagaimana memanfaatkan AI coding tools secara bijak, mengevaluasi hasilnya, dan mengintegrasikannya ke dalam alur kerja mereka. Dengan begitu, peran mahasiswa tidak hanya sekadar programmer manual, tetapi juga problem solver yang mampu berpikir kritis, mengomandoi AI, dan menciptakan solusi nyata.

 

AI Adalah Alat, Bukan Pengganti!

AI-generated coding ibarat kalkulator di dunia matematika. Ia mempercepat proses, tapi tetap membutuhkan orang yang tahu konsep dasar untuk memakainya secara tepat. Jadi, alih-alih melihat AI sebagai ancaman, mahasiswa justru harus melihatnya sebagai peluang. Peluang untuk fokus pada hal-hal strategis, kreatif, dan bernilai lebih tinggi.