Layered Architecture, atau arsitektur berlapis (juga dikenal sebagai n-tier architecture), adalah pola desain perangkat lunak yang membagi sistem menjadi beberapa lapisan horizontal. Masing-masing lapisan memiliki tanggung jawab khusus dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur Pendekatan ini sangat umum digunakan dalam pengembangan aplikasi web dan enterprise modern

Komponen dan Struktur Lapisan

Struktur umum arsitektur berlapis mencakup:

  • Presentation Layer (Antarmuka Pengguna): Menangani interaksi dengan pengguna seperti UI, validasi input, dan tampilan data
  • Application / Business Logic Layer (Logika Bisnis): Mengelola logika aplikasi, aturan bisnis, dan proses utama aplikasi
  • Domain Layer: Fokus pada entitas inti serta aturan logika domain (jika dipisahkan dari Application Layer)
  • Data Access / Persistence Layer (Akses Data): Bertanggung jawab atas operasi CRUD dan interaksi dengan database

Manfaat

  1. Pemisahan Tanggung Jawab – Memudahkan modifikasi dan pemeliharaan karena lapisan-lapisan terisolasi
  2. Modularitas & Reusabilitas – Komponen di setiap lapisan bisa digunakan ulang pada proyek lain.
  3. Kemudahan Pengujian – Lapisan dapat diuji secara terpisah (unit testing)
  4. Keterbacaan & Skalabilitas – Struktur jelas dan mudah dikembangkan
  5. Pengelolaan Ketergantungan – Lapisan atas berinteraksi hanya melalui antarmuka yang terdefinisi.

Tantangan dan Kekurangan

  • Overhead Kinerja – Komunikasi antar lapisan dan transformasi data bisa memperlambat aplikasi.
  • Kompleksitas Berlebih – Penambahan terlalu banyak lapisan bisa menjadi over-engineering.
  • Struktur Rigid – Pola hierarkis dapat membatasi fleksibilitas desain
  • Skalabilitas Terbatas – Dibanding microservices, arsitektur ini kurang cocok untuk sistem besar dan sangat modular TelticsConiolabs.

Pendekatan Modern Terinspirasi Layered Architecture

Beberapa arsitektur modern mengembangkan pendekatan berlapis dengan desain yang lebih adaptif, misalnya:

  • Onion / Clean Architecture – Memusatkan logika domain pada inti, dengan lapisan di sekitarnya, dan menerapkan dependency inversion
  • Hexagonal Architecture (Ports & Adapters) – Memisahkan aplikasi inti dari infrastruktur melalui antarmuka (ports) dan adapter
  • Microservices dengan Layering Intern – Setiap microservice memiliki struktur berlapis sendiri dengan domain yang jelas dan API untuk komunikasi antar layanan

Meski microservices sering disebut sebagai tren terkini, arsitektur berlapis tetap banyak digunakan, bahkan dalam konteks microservices — meskipun dalam bentuk yang lebih ramping

Layered Architecture merupakan pola klasik dan stabil dalam rancangan perangkat lunak, efektif untuk memisahkan tanggung jawab, meningkatkan keterbacaan, modularitas, dan kemudahan pengujian. Namun, perlu diimbangi dengan desain yang bijak agar tidak menjadi terlalu kompleks atau menghambat performa. Pendekatan modern seperti Clean Architecture, Hexagonal, dan Microservices layering banyak mengadopsi prinsip dasar layering dengan adaptasi yang lebih fleksibel.

 

 

Daftar Pustaka

  1. Fitri Hy. (2025, 29 Januari). Memahami Layered Architecture: Struktur Modular untuk Aplikasi. I‑As Dev
  2. Binus Bekasi. (2024, November). Framework Layer Architecture. BINUS @Bekasi.
  3. SoftwareSystemDesign.com. Layered Architecture – Modern Approaches (Onion, Hexagonal, Microservices).
  4. Agus Hermanto. (2025). Mari Kenali Architecture Styles dan Patterns sebagai Blueprint untuk Mendesain Sebuah Sistem.
  5. Wikipedia. Multitier architecture (n‑tier architecture). (Diperbarui 2 minggu lalu).