Software Architecture – LAYERED ARCHITECTURE

Arsitektur perangkat lunak merupakan fondasi penting dalam pengembangan sistem yang skalabel, terstruktur, dan mudah dikelola. Salah satu pola arsitektur yang paling umum digunakan adalah Layered Architecture atau arsitektur berlapis. Pola ini membagi sistem ke dalam lapisan-lapisan yang memiliki tanggung jawab spesifik, sehingga menciptakan modularitas dan keterpisahan kepentingan (separation of concerns) dalam pengembangan perangkat lunak.
Konsep Layered Architecture
Layered Architecture terdiri dari beberapa lapisan utama, antara lain:
- Presentation Layer – Menangani interaksi pengguna dan antarmuka pengguna (UI).
- Application Layer – Mengelola logika aplikasi dan alur kerja.
- Business Logic Layer – Menangani logika bisnis inti dan aturan domain.
- Data Access Layer – Bertanggung jawab atas komunikasi dengan sistem penyimpanan data.
- Database Layer – Lapisan yang menyimpan data secara fisik.
Masing-masing lapisan hanya berinteraksi dengan lapisan di bawahnya, menciptakan batasan yang jelas antar bagian sistem.
Kelebihan Layered Architecture
- Modularitas: Memudahkan pemeliharaan dan pengujian karena setiap lapisan terisolasi.
- Reuse: Komponen logika bisnis dan akses data dapat digunakan kembali dalam aplikasi lain.
- Scalability: Mudah diskalakan karena sistem dibagi menjadi komponen-komponen terpisah.
Kekurangan Layered Architecture
- Kurang fleksibel: Karena ketergantungan antar lapisan bersifat vertikal, perubahan di satu lapisan bisa berdampak pada lapisan lainnya.
- Overhead performa: Data harus melewati beberapa lapisan sebelum mencapai tujuannya, yang bisa memperlambat respons sistem.
Penerapan dalam Dunia Nyata
Layered Architecture banyak digunakan dalam pengembangan aplikasi enterprise, sistem informasi, dan web aplikasi tradisional. Framework populer seperti Java EE, .NET, dan Spring sangat mendukung pendekatan ini. Pada era modern, pendekatan ini sering dipadukan dengan pola lain seperti Hexagonal Architecture atau Clean Architecture untuk meningkatkan fleksibilitas dan testabilitas.
Studi Kasus : Implementasi Layered Architecture dalam Sistem E-Commerce
Dalam pengembangan sistem e-commerce, pendekatan layered dapat diterapkan sebagai berikut:
- UI berbasis web di Presentation Layer.
- Pengelolaan transaksi dan validasi pesanan di Business Layer.
- Komunikasi dengan database MySQL melalui Data Access Layer.
Pendekatan ini terbukti mempercepat debugging dan memudahkan tim pengembang untuk bekerja secara paralel di tiap lapisan.
Layered Architecture merupakan pola arsitektur klasik yang masih relevan hingga saat ini. Dengan struktur yang jelas dan pemisahan tanggung jawab antar lapisan, pola ini cocok untuk proyek-proyek besar yang memerlukan pengelolaan kompleksitas dan pemeliharaan jangka panjang. Namun, perlu dipertimbangkan juga tantangan performa dan fleksibilitas yang muncul, terutama dalam sistem dengan kebutuhan skalabilitas tinggi.
Daftar Pustaka
- Richards, M., & Ford, N. (2020). Fundamentals of Software Architecture: An Engineering Approach. O’Reilly Media.
- Taibi, D., Lenarduzzi, V., & Pahl, C. (2020). “Architectural patterns for microservices: A systematic mapping study”. Software: Practice and Experience, 50(1), 1–31.
- Bass, L., Weber, I., & Zhu, L. (2021). DevOps: A Software Architect’s Perspective (2nd ed.). Addison-Wesley.
- Alshuqayran, N., Ali, N., & Evans, R. (2021). “A Systematic Mapping Study in Microservice Architecture”. Journal of Systems and Software, 173, 110871.
- Wan, J., Zhang, D., & Li, D. (2022). “Software architecture evolution in practice: a literature review”. Empirical Software Engineering, 27(5), 1–33.
Comments :