Hai, Software Engineers!

Kalau kamu pernah dengar istilah Agile dan Waterfall, mungkin kamu mikir, “Apaan sih ini?” atau “Apa hubungannya sama software development?” Tenang, ayo kita bahas bareng-bareng!

 

Apa Itu Agile dan Waterfall?

Agile dan Waterfall adalah dua metode utama dalam pengembangan perangkat lunak. Keduanya adalah cara tim software developer merancang, mengembangkan, dan merilis produk dengan sistem yang berbeda.

  • Waterfall → Metode lama yang sistematis, di mana tiap tahap harus selesai dulu sebelum lanjut ke tahap berikutnya.
  • Agile → Metode yang lebih fleksibel, di mana pengembangan dilakukan dalam iterasi kecil dan bisa berubah sesuai kebutuhan.

 

Waterfall: Metode Tradisional yang Terstruktur

Metode Waterfall itu kayak bangun rumah. Semua harus direncanakan dari awal, mulai dari blueprint sampai material. Kalau ada kesalahan di tengah jalan? Ya, harus bongkar ulang.

  1. Tahapan Waterfall:
  1. Requirement – Tentukan semua kebutuhan proyek di awal.
  2. Design – Buat rancangan sistem sebelum mulai coding.
  3. Implementation – Mulai coding sesuai rencana.
  4. Testing – Setelah coding selesai, baru diuji.
  5. Deployment & Maintenance – Produk diluncurkan dan dikelola.
  1. Kelebihan:
  • Cocok buat proyek dengan kebutuhan yang jelas.
  • Dokumentasi lengkap dari awal.
  • Mudah dikelola karena urutannya jelas.
  1. Kekurangan:
  • Nggak fleksibel, susah berubah di tengah jalan.
  • Bug atau masalah baru ketahuan setelah coding selesai.
  • Bisa makan waktu lama kalau ada revisi besar.

Contoh proyek yang cocok pakai Waterfall? Sistem perbankan, proyek pemerintah, atau software yang sangat terstruktur.

 

Agile: Metode Fleksibel yang Banyak Dipakai Startup

Agile itu kayak membangun aplikasi bertahap, mirip bikin MVP (Minimum Viable Product). Setiap beberapa minggu, ada versi baru yang bisa diuji, jadi kalau ada revisi bisa langsung diperbaiki tanpa nunggu proyek selesai.

  1. Konsep Agile:
  • Proyek dibagi menjadi iterasi kecil (sprint).
  • Setiap iterasi melibatkan planning, development, testing, dan review.
  • Feedback dari pengguna sangat dihargai.
  1. Metode Agile yang Populer:
  • Scrum → Ada tim kecil dengan sprint pendek (biasanya 2 minggu) dan daily stand-up meeting.
  • Kanban → Pakai board untuk mengatur tugas (contohnya Trello, Jira).
  • Extreme Programming (XP) → Fokus pada coding best practices dan kolaborasi tim.
  1. Kelebihan:
  • Fleksibel, gampang adaptasi sama perubahan.
  • Masalah bisa dideteksi lebih awal.
  • Tim lebih kolaboratif dan interaktif.
  1. Kekurangan:
  • Dokumentasi sering kurang lengkap karena fokus pada eksekusi cepat.
  • Butuh tim yang disiplin dan bisa beradaptasi.
  • Bisa jadi kurang cocok buat proyek yang butuh perencanaan matang di awal.

Contoh proyek yang cocok pakai Agile? Aplikasi mobile, website startup, game development, atau software berbasis AI yang butuh banyak eksperimen.

 

Mana yang Lebih Baik: Agile atau Waterfall?

Sebenarnya, nggak ada jawaban yang 100% benar. Pilihan metode tergantung jenis proyek, tim, dan kebutuhan klien.

  • Pilih Waterfall kalau:
    1. Proyek punya scope yang jelas dan nggak akan banyak berubah.
    2. Butuh dokumentasi lengkap.
    3. Tim lebih nyaman dengan workflow yang terstruktur.
  • Pilih Agile kalau:
    1. Proyek dinamis dan bisa berubah kapan saja.
    2. Butuh banyak feedback dari pengguna.
    3. Tim lebih nyaman dengan sistem kerja fleksibel.

 

Hybrid: Gabungan Agile dan Waterfall? Bisa!

Beberapa perusahaan menggabungkan Agile dan Waterfall dalam satu proyek. Contohnya:

  • Dokumentasi proyek dibuat dengan pendekatan Waterfall, tapi pengembangannya dilakukan dengan Agile.
  • Tim manajemen pakai Waterfall, sedangkan tim teknis pakai Agile.

 

Agile dan Waterfall punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Waterfall cocok buat proyek yang terstruktur dan jelas dari awal, sedangkan Agile cocok buat proyek yang fleksibel dan butuh banyak iterasi. Kalau masih bingung pilih yang mana? Coba lihat kebutuhan proyekmu dulu!

 

 

Sumber Referensi: