Halo sahabat Binus Bekasi Beken! Hari ini kita akan membahas salah satu aspek penting dalam ekspansi global, yaitu peran indirect dan active exporting dalam strategi masuk pasar internasional.

Saat perusahaan ingin melebarkan sayap ke luar negeri, pilihan cara ekspansi menjadi krusial. Salah satu metode yang relatif aman adalah indirect exporting. Pada metode ini, perusahaan tidak langsung menjual produk ke konsumen luar negeri, melainkan menggunakan perantara seperti Export Trading Company (ETC) atau Export Management Corporation (EMC).

Melalui ETC, perusahaan domestik menjual produknya ke ETC, yang kemudian bertugas mencari pasar dan menjual barang tersebut di negara lain. Sedangkan EMC berperan lebih seperti agen yang memasarkan dan menjual produk atas nama eksportir dengan sistem komisi.
Dengan indirect exporting, perusahaan bisa memasuki pasar global dengan risiko minimal, karena perantara menangani sebagian besar tantangan ekspor, seperti pengiriman, kepatuhan regulasi, serta promosi di pasar asing. Strategi ini sangat cocok bagi perusahaan yang belum memiliki pengalaman internasional atau ingin tetap fokus membangun pasar domestik sambil mulai menjajaki potensi pasar global.

Namun, bagi perusahaan yang ingin memiliki kendali lebih besar terhadap operasional internasional mereka, ada pilihan lain, yaitu active exporting. Dalam active exporting, perusahaan mengambil peran lebih aktif dalam proses ekspansi, biasanya dengan mengelola agen, distributor, atau bahkan mendirikan cabang pemasaran sendiri di negara target. Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa mengontrol lebih ketat aspek-aspek penting seperti harga produk, positioning merek, hubungan dengan pelanggan, dan strategi promosi di pasar lokal. Walaupun menawarkan kontrol yang lebih besar, active exporting juga membawa tantangan tambahan, seperti kebutuhan investasi sumber daya manusia, biaya operasional, dan risiko yang lebih tinggi karena perusahaan harus berhadapan langsung dengan dinamika pasar asing.

Tentu saja, baik indirect maupun active exporting memiliki keunggulan dan tantangan masing-masing.
Pemilihan strategi ini harus disesuaikan dengan:

  • Ketersediaan sumber daya perusahaan (keuangan, SDM, logistik)
  • Tingkat risiko yang dapat ditoleransi
  • Tujuan ekspansi jangka panjang. Misalnya, perusahaan yang baru belajar ekspor mungkin lebih cocok memulai dengan indirect exporting. Namun, seiring bertambahnya pengalaman dan sumber daya, mereka bisa beralih ke active exporting untuk memperkuat kendali dan membangun merek di pasar global.

Dengan pemahaman yang tepat, perusahaan bisa memilih jalur ekspansi yang paling sesuai dengan kapasitasnya, mengoptimalkan peluang internasional, dan memperkuat daya saing di kancah global.

 

Referensi:

  • David, P. A. (2021). International Logistics: The Management of International Trade Operations (6th ed.). Cicero Books.
  • Root, F. R. (1994). Entry Strategies for International Markets. Lexington Books.
  • Cateora, P. R., & Graham, J. L. (2018). International Marketing (17th ed.). McGraw-Hill Education.