1. Pendahuluan: Ketika “Canggih” Menjadi Beban

Di banyak ruang rapat IT, ide-ide besar kerap dilempar dengan antusias: “Kita butuh arsitektur microservices!”, “Gunakan AI untuk semua rekomendasi!”, “Integrasikan dengan blockchain supaya transparan!”. Tidak salah, tapi ada satu masalah: tidak semua organisasi, tim, atau pengguna siap dengan solusi sekompleks itu.

Salah satu kesalahan paling umum dalam proyek IT adalah keinginan untuk mengadopsi teknologi yang terdengar keren, alih-alih memilih solusi yang paling sesuai. Hasilnya? Sistem overengineered, biaya meledak, dan adopsi minim. Padahal dalam praktiknya, solusi sederhana sering kali:

  • Lebih tepat guna
  • Lebih murah
  • Lebih cepat diterapkan
  • Lebih mudah dimengerti dan dirawat
  1. Kenapa Sederhana Justru Sering Lebih Sukses

Gambar ini digenerasi oleh ChatGPT dengan pengawasan dan supervisi manusia

a. Total Cost of Ownership Lebih Rendah
Sistem sederhana cenderung tidak membutuhkan banyak sumber daya, tidak memerlukan pelatihan ekstensif, dan tidak mengandalkan vendor khusus. Dalam dunia nyata, biaya bukan hanya soal lisensi dan hardware—tetapi juga waktu tim, dukungan teknis, dan risiko kegagalan.

b. Lebih Tahan Terhadap Ketidaksempurnaan
Sistem yang sederhana lebih adaptif terhadap perubahan. Misalnya: perubahan proses bisnis, ketersediaan SDM teknis, atau perubahan prioritas organisasi. Solusi yang terlalu kompleks mudah rusak hanya karena satu komponen gagal.

c. Mendukung Penggunaan Nyata (Real Adoption)
Teknologi hanya berguna jika digunakan. Sistem yang intuitif dan ringan lebih cepat dipelajari dan dijalankan oleh pengguna, terutama di organisasi dengan literasi digital yang belum merata.

d. Skalabilitas Bertahap dan Terkendali
Solusi sederhana bukan berarti tidak bisa tumbuh. Justru, sistem modular yang dirancang sederhana bisa berkembang dengan kebutuhan tanpa harus di-rebuild dari nol.

 

  1. Prinsip “Good Enough” dalam Dunia IT

Alih-alih mengejar solusi “sempurna” secara teknis, pendekatan good enough menekankan keberfungsian sistem dalam konteks penggunaannya. Contoh: Google Docs mungkin tidak punya fitur sebanyak Microsoft Word, tapi jauh lebih ringan, kolaboratif, dan cukup untuk 80% pekerjaan dokumentasi.

Dalam IT, seringkali solusi 80% yang cepat dan stabil jauh lebih berharga daripada solusi 100% yang makan waktu dua tahun pengembangan dan gagal di tahap deployment.

 

  1. Solusi Sederhana dalam Praktek: Menjawab Masalah Nyata

Berikut adalah beberapa organisasi dan produk yang berhasil menerapkan prinsip kesederhanaan dalam solusi TI mereka:

Mereka membuktikan bahwa keberhasilan implementasi teknologi bukan ditentukan oleh tingkat kecanggihan, tetapi oleh:

  • Pemahaman konteks pengguna
  • Fokus pada kebutuhan nyata
  • Eksekusi yang konsisten

 

  1. Tantangan: Melawan Ego Teknologi

Salah satu tantangan dalam memilih solusi sederhana adalah ego. Banyak tim IT (atau manajemen) ingin terlihat modern dan inovatif, sehingga memilih teknologi yang terdengar keren, padahal tidak dibutuhkan.

Contohnya:

  • Memilih Kubernetes untuk sistem internal sederhana
  • Menggunakan AI untuk prediksi yang bisa diselesaikan dengan regresi linier
  • Mendesain aplikasi low-traffic dengan skala arsitektur Amazon

Kita perlu membiasakan diri untuk bertanya: “Apa masalah sebenarnya? Solusi termudah apa yang bisa memecahkannya?”

 

  1. Kesimpulan: Kemenangan Ada di Kesederhanaan yang Tepat

Kesederhanaan bukan berarti asal atau murahan. Dalam dunia TI yang makin kompleks, solusi yang sederhana justru menjadi kekuatan:

  • Mudah dimengerti
  • Hemat biaya
  • Cepat diterapkan
  • Fleksibel untuk tumbuh

Sebagai praktisi IT, tugas kita bukan membuat sistem yang memukau di presentasi, tapi yang bisa dipakai oleh tim operasional tanpa stres. Kesuksesan sejati tidak diukur dari panjangnya dokumentasi arsitektur, tetapi dari sejauh mana teknologi benar-benar menyelesaikan masalah nyata.

 

Referensi

  1. LogitechCase Study: Samuel Sekuritas supports clients with Logitech
    https://www.logitech.com/en-us/business/resource-center/case-study/samuel-sekuritas-indonesia.html
  2. ResearchGateStreamlining Information Technology (IT) Functions and Operating Model Across Group Case Study: PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
    https://www.researchgate.net/publication/362382916_Streamlining_Information_Technology_IT_Functions_and_Operating_Model_Across_Group_Case_Study_PT_Telekomunikasi_Indonesia_Tbk
  3. Wired MagazineThe Good Enough Revolution: When Cheap and Simple Is Just Fine https://www.wired.com/2009/08/ff-goodenough