Kita seringkali mendengar bahwa remaja cenderung emosional dan memiliki suasana hati yang berubah-ubah. Namun, ketika emosi tersebut terus mengganggu kehidupan sehari-hari dan disertai dengan gejala lain yang mengganggu, kita perlu mencurigai adanya masalah yang lebih serius, seperti Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD merupakan gangguan mental yang muncul sebagai respons terhadap peristiwa traumatis. Trauma yang dialami dapat meninggalkan bekas yang dalam pikiran dan tubuh seseorang sehingga memicu berbagai gejala yang mengganggu.

Remaja rentan mengalami PTSD karena remaja berada dalam fase perkembangan yang sangat penting. Otak mereka terus berkembang dan sedang belajar bagaimana mengelola emosi dan stres. Ketika remaja mengalami peristiwa traumatis, mereka belum mampu untuk memproses pengalaman tersebut dengan sehat. Diperkirakan sekitar 5% remaja berusia 13-18 tahun mengalami PTSD.

Beberapa tanda PTSD yang umum dialami remaja diantaranya:

  • Mengingat kejadian traumatis.
  • Penghindaran.
  • Hyperarousal.
  • Depresi.

 

Contoh peristiwa traumatis yang menimbulkan PTSD pada remaja, antara lain:

  • Perundungan: Baik secara verbal, fisik, atau cyber bullying, perundungan mampu menyebabkan trauma yang mendalam.
  • Kekerasan dalam rumah tangga: Melihat atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga dapat meninggalkan trauma psikologi yang serius.
  • Pelecehan seksual: Pelecehan seksual baik oleh orang yang dikenal atau orang asing merupakan trauma yang sangat berat.
  • Kecelakaan parah: Kecelakaan motor, mobil, atau kecelakaan lain dapat menyebabkan trauma fisik dan emosional.
  • Bencana alam: Banjir, gempa bumi, atau bencana alam lainnya dapat menyebabkan trauma.

 

Ada berbagai cara untuk membantu remaja mengatasi trauma dan pulih dari PTSD. Langkah pertama yang penting adalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Terapi adalah salah satu metode yang terbukti efektif dalam mengatasi gangguan ini.

Beberapa pengobatan yang dapat mengatasi PTSD, antara lain:

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Membantu pengidap mengelola pola pikir dan emosi terhadap trauma.
  • Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): Terapi ini menganalisis gerakan mata tertentu dan dapat dilakukan bersamaan dengan CBT.
  • Psikofarmologi: Obat-obatan seperti antidepresan atau anti-ansietas dapat membantu meredakan gejala PTSD.
  • Terapi Kelompok: Berinteraksi dengan orang yang mengalami pengalaman serupa dapat memberikan dukungan emosional dan tidak merasa sendirian.

 

 

Referensi:

  • Fadli, R. (2022). Catat, Ini Gejala PTSD pada Remaja yang Perlu Diperhatikan. Halodoc.
  • Hamblen, J., & Barnett, E. (2018). PTSD in Children and Adolescents.