Sebelumnya kita telah mengulik pembahasan mengenai apa itu ESG materiality dan bagaimana langkah-langkah melakukan ESG materiality assessment. Nah, di artikel kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai apa itu ESG Materiality Mapping. Secara umum,ESG Materiality adalah proses memetakan atau mengilustrasikan isu-isu ESG apa saja yang paling relevan dan berdampak besar bagi suatu organisasi. Hasil akhirnya sering diwujudkan dalam bentuk ESG materiality map atau materiality matrix. ESG materiality map ini berbentuk grafik dua dimensi yang memplot berbagai isu keberlanjutan berdasarkan tingkat kepentingannya​. Tujuannya adalah untuk menyoroti isu prioritas sehingga perusahaan bisa fokus pada hal-hal yang paling penting (material) terlebih dahulu, baik dalam strategi keberlanjutan, pengambilan keputusan, maupun pelaporan.

Secara umum, materiality map digambarkan sebagai matriks dengan dua sumbu. Biasanya, sumbu horizontal (X) menunjukkan tingkat dampak atau signifikansi isu tersebut terhadap bisnis/perusahaan (misalnya pengaruhnya terhadap kinerja finansial, operasi, atau risiko dan peluang bisnis), sedangkan sumbu vertikal (Y) menunjukkan tingkat kepentingan isu tersebut bagi para pemangku kepentingan​. Setiap isu ESG yang dipertimbangkan akan ditempatkan sebagai sebuah titik pada matriks tersebut. Posisi titik tergantung pada skor/penilaian isu tersebut di kedua dimensi tadi (dampak bisnis dan kepentingan stakeholder). Apabila titik terletak di pojok kanan atas, maka titik tersebut merupakan isu yang paling penting (paling berdampak pada bisnis dan stakeholder). Sebaliknya, jika titik berada di area bawah-kiri, maka isu tersebut kurang diprioritaskan oleh perusahaan. Materiality map ini umumnya disertakan dalam laporan keberlanjutan perusahaan untuk mengkomunikasikan secara visual isu-isu apa yang tergolong sangat relevan, mana yang moderat, dan mana yang kurang relevan bagi perusahaan dan stakeholder-nya. Sebagai contoh, berikut merupakan visualisasi dari ESG materiality map:

Figure 1. Contoh Materiality Map by Envoria

Gambar di atas memetakan berbagai isu ESG berdasarkan dampaknya terhadap bisnis yang dilambangkan oleh sumbu X dan pentingnya bagi pemangku kepentingan yang dilambangkan dengan sumbu Y. Setiap titik mewakili satu isu spesifik (misalnya Health & Safety, Anti-Corruption, Water Use, dll.) dengan warna berbeda untuk kategori Environmental, Social, atau Governance. Semakin ke kanan posisi sebuah isu, artinya isu tersebut dianggap berdampak semakin besar terhadap kinerja atau tujuan bisnis perusahaan. Semakin ke atas posisinya, berarti isu tersebut dipandang semakin penting oleh stakeholder eksternal maupun internal. Isu-isu yang berada di kuadran kanan-atas (zona bertanda “Very High”) merupakan isu dengan prioritas tertinggi karena skor dampak bisnisnya dan kepentingannya bagi stakeholder sama-sama tinggi​. Dari gambar diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa isu climate action merupakan isu yang paling penting karena menempati area kanan atas. Sedangkan waste reduction merupakan isu dengan kepentingan yang moderat/sedang karena terletak di tengah-tengah matrix. Terakhir, isu community engagement merupakan isu yang kurang relevan karena terletak di bawah kiri. Melalui matriks inilah perusahaan dapat dengan mudah melihat isu mana yang perlu mendapat perhatian lebih dahulu.

Setelah mengetahui apa itu ESG materiality mapping, lalu, mengapa perusahaan perlu melakukan materiality mapping? Berikut beberapa alasan utama mengapa proses ini penting dan bermanfaat bagi organisasi:

  • Identifikasi Risiko dan Peluang Utama

Materiality mapping membantu perusahaan untuk mengidentifikasi risiko-risiko ESG yang dapat mengancam kelangsungan bisnis maupun peluang yang bisa dimanfaatkan. Di era perubahan iklim dan meningkatnya ekspektasi konsumen, banyak faktor ESG yang dapat menjadi risiko serius bagi operasi bisnis (misalnya gangguan rantai pasok, instabilitas finansial akibat bencana iklim)​. Dengan pemetaan materialitas, perusahaan dapat melihat isu mana yang berisiko tinggi sehingga bisa disiapkan strategi mitigasinya. Sebaliknya, perusahaan juga dapat menemukan peluang inovasi, misalnya peluang menciptakan produk ramah lingkungan yang diminati pasar  yang muncul dari fokus pada isu keberlanjutan tertentu​.

 

  • Memperkuat Hubungan dengan Pemangku Kepentingan:

Proses materiality mapping melibatkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), mulai dari karyawan, manajemen, hingga pihak eksternal. Melalui survei atau dialog dengan mereka, perusahaan dapat memahami perspektif, kekhawatiran, dan harapan para stakeholder secara terstruktur. Keterlibatan ini tidak hanya menghasilkan data, tapi juga membangun kepercayaan dan meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pemangku kepentingan​. Stakeholder yang merasa suaranya didengar cenderung memiliki hubungan yang lebih positif dengan perusahaan.

 

  • Meningkatkan Ketahanan Bisnis (Resilience):

Perusahaan yang memahami dan mengelola isu-isu ESG penting akan lebih siap beradaptasi terhadap perubahan kondisi pasar, tuntutan konsumen, maupun regulasi di masa depan. Pemetaan materialitas membantu perusahaan fokus pada faktor-faktor kunci yang mempengaruhi daya tahan jangka panjang bisnisnya​. Dengan proaktif mengatasi isu material (misalnya perubahan iklim atau keberagaman), perusahaan dapat lebih tangguh menghadapi guncangan dan lebih gesit menangkap peluang baru, sehingga berpotensi menarik minat investor yang mencari bisnis berkelanjutan.

Singkatnya, materiality mapping memberikan peta jalan (roadmap) bagi strategi keberlanjutan perusahaan. Ia memastikan perusahaan tahu mana “yang penting” dan mana “yang kurang penting”, sehingga strategi dan sumber daya dapat dialokasikan secara cerdas. Dengan begitu, perusahaan dapat menyusun target ESG yang tepat sasaran, melakukan komunikasi/pelaporan yang relevan, dan meningkatkan kinerja keberlanjutan secara berkelanjutan.

 

Referensi:

  • (2023). 6 Steps to Perform an ESG Materiality Assessment. Diakses dari https://www.auditboard.com/blog/esg-materiality-assessment/
  • (2023). How to Build a Materiality Matrix in 5 Steps. Diakses dari https://blog.softexpert.com/en/how-to-build-materiality-matrix/
  • (2022). Our Material Sustainability Issues. Diakses dari https://www.unilever.com/planet-and-society/sustainability-reporting-centre/
  • Financial Software Architects GmbH. (2025, March 14). 6 steps to your ESG materiality assessment. Envoria. https://envoria.com/insights-news/6-steps-to-your-esg-materiality-assessment