Sumber: <a href=”https://www.freepik.com/free-photo/agronomist-examines-growing-melon-seedlings-farm-farmers-researchers-analysis-plant_4668743.htm”>Image by jcomp on Freepik</a>

Pendahuluan

Akuntansi memiliki peranan penting dalam sektor pertanian karena pertanian merupakan salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, dengan kontribusi sebesar 16,24% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, hingga saat ini masih banyak petani yang mengalami kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka akibat sulitnya pencatatan keuangan yang sistematis.

Tantangan Akuntansi dalam Usaha Pertanian

Terdapat beberapa tantangan dalam penerapan akuntansi pada sektor pertanian, antara lain:

  1. Kompleksitas Pencatatan dan Pengakuan Pendapatan
    Akuntansi pertanian melibatkan pembayaran di muka serta penyerahan barang di masa depan, sehingga pencatatannya lebih kompleks dibandingkan transaksi jual beli biasa. Pengakuan pendapatan dalam sektor ini harus sesuai dengan PSAK 403, yang mengatur kapan pendapatan dapat diakui berdasarkan prinsip kehati-hatian.
  2. Ketidakpastian dalam Jumlah Produksi
    Produksi dalam agribisnis sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama, dan penyakit tanaman. Risiko ini dapat menyebabkan petani kesulitan dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Oleh karena itu, akuntansi pertanian perlu mencerminkan risiko melalui pencatatan provisi atau cadangan atas kemungkinan kerugian.

Manfaat Akuntansi bagi Pertanian

Penerapan akuntansi yang baik dalam sektor pertanian dapat memberikan berbagai manfaat, di antaranya:

  1. Meningkatkan Keandalan Laporan Keuangan
    Akuntansi membantu sektor pertanian dalam menyusun laporan keuangan yang akurat, sehingga dapat memberikan informasi yang jelas mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas usaha pertanian.
  2. Membantu Pengambilan Keputusan Ekonomi
    Dengan laporan keuangan yang jelas, petani dan pelaku agribisnis dapat membuat keputusan bisnis yang lebih tepat, seperti ekspansi usaha dan peningkatan efisiensi operasional.
  3. Mempermudah Akses Pembiayaan
    Laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dapat membantu petani mendapatkan sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal, sehingga mereka memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan usaha.
  4. Menyesuaikan dengan Standar Akuntansi Terbaru
    Implementasi PSAK 69 dan PSAK 16 memungkinkan perusahaan pertanian mencatat dan mengukur aset mereka dengan metode yang lebih relevan dan sesuai dengan perkembangan akuntansi modern.

STUDI KASUS

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmatunnisa (2022) menunjukkan bahwa pemahaman petani terhadap pencatatan keuangan sangat memengaruhi keberlanjutan usaha mereka. Dalam penelitian ini, terdapat tiga petani dengan perspektif berbeda yang menjadi contoh nyata pentingnya akuntansi dalam sektor pertanian.

1. Pak Mochamad Anshori: Mengandalkan Ingatan, Tanpa Pencatatan

Pak Mochamad Anshori adalah seorang petani hidroponik sekaligus pedagang pupuk. Ia telah memiliki izin usaha dan NPWP sejak tahun 2019, namun tidak mencatat keuangan usahanya secara tertulis. Sebagai gantinya, ia hanya mengandalkan ingatan untuk mengelola keuangan.

Pak Anshori menganggap bahwa pencatatan keuangan terlalu merepotkan, meskipun tetap memenuhi kewajiban pajaknya dengan bantuan petugas pajak.

Dampak dari tidak melakukan pencatatan keuangan:

  • Kesulitan mengukur keuntungan.
  • Sulit merencanakan produksi secara efektif.
  • Hambatan dalam mendapatkan pendanaan atau pinjaman usaha.

2. Pak Nur Kholis: Memahami Manfaat Pencatatan Keuangan

Pak Nur Kholis adalah ketua kelompok tani dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di bidang pertanian. Setelah mengikuti pelatihan Program Kemitraan Masyarakat (PKM), ia mulai melakukan pencatatan keuangan, meskipun tidak selalu terstruktur.

Dampak positif dari pencatatan keuangan yang dilakukan:

  • Membantu dalam menganalisis biaya produksi.
  • Memudahkan penentuan harga jual produk.
  • Memungkinkan pengaturan modal usaha yang lebih baik.

3. Pak Riyanto: Pencatatan Keuangan Bersifat Insidental

Pak Riyanto adalah seorang koordinator penyuluhan pertanian. Ia membantu petani dalam pengadaan pupuk bersubsidi dan operasional pertanian.

Namun, pencatatan yang dilakukan lebih berfokus pada laporan pertanian, seperti luas lahan, jenis tanaman, dan kebutuhan pupuk, bukan pada laporan keuangan usaha.

Dampak dari tidak memiliki pencatatan keuangan yang terstruktur:

  • Keuangan usaha tidak terkontrol dengan baik.
  • Sulit mengelola arus kas dan perencanaan keuangan.

 

 

Referensi

  • Rohmatunnisa, L. D. (2022). Laporan keuangan “personal” berdasarkan SAK EMKM dalam kacamata petani. Behavioral Accounting Journal, 5(2), 133-143. https://doi.org/10.33005/baj.v5i2.138
  • Sabrina, D. (2024, April 8). Peluang dan Tantangan Praktik Akuntansi Salam dalam Mendukung Pengembangan Agribisnis di Indonesia. https://www.kompasiana.com/dellasip/66127ae6de948f2f55720122/peluang-dan-tantangan-praktek-akuntansi-salam-dalam-mendukung-pengembangan-agribisnis-di-indonesia
  • Anwar, R. C., & Firmansyah, A. (2020). Implementasi akuntansi agrikultur pada perusahaan sektor pertanian di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang, 8(2), 85-101. https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIA